Chapter 55 - Kenyataan

10.9K 816 92
                                    

🎶 Make You Mine - Public

*******

"Ai, aku mau ngomong," kata Batara.

"Mau ngomong apa?"

Batara menatap manik mata Melati lekat-lekat. Seperti terhipnotis dan masuk ke dalam mata indah itu. Lidah Batara kelu. "Kamu mau ngomong apa?" tanya Melati lagi. Lamunan Batara buyar. Batara menggelengkan kepalanya pelan.

"Hah?"

"Kamu kenapa, sih?" tanya Melati menangkup wajah dingin suaminya akibat angin sore.

Aku, aku nggak mau jauh dari kamu, batinnya meronta tidak jelas.

"Aku mau ajak kamu dinner," jawab Batara tidak sesuai dengan apa yang ada di dalam hatinya.

"Dinner? Seriusan? Ayo! sekarang?" Melati langsung tersenyum senang. Mereka sangat jarang seperti ini. Makan malam berdua. Karena di Yogya Batara sangat jarang mengajak Melati makan di luar. Apalagi kalau sudah malam. Alasan yang sama lagi. Takut gadis itu masuk angin.

Batara menunjukkan senyum tipisnya saat tahu istrinya itu sangatlah senang. Bukan apa-apa, dia memang sangat senang jika Melati juga senang. Melati mampu membuat hidupnya lebih berwarna. Yang dulunya semuanya putih sekarang sudah ada warna lain.

Mereka berdua berjalan santai sambil berpegangan tangan di tepi pantai menuju restoran terdekat sore itu. Sambil mendengar ocehan gadis itu, sambil Batara menikmati angin sore. Sesekali dia memperbaiki rambut Melati yang berantakan. Entahlah tangannya sangat gatal jika menyangkut istrinya.

Melati banyak bercerita hari ini, Batara tetaplah Batara. Yang tidak dapat mengoceh namun mendengar ocehan istrinya dengan setia. Kadang dia berbicara jika perlu saja. Jika gadis itu meminta saran dan juga jika ada suatu hal yang tidak pas di hati Batara.

Mereka sudah sampai dan langsung duduk manis bersama di bawah tenda kecil yang sengaja disediakan di sana. Mereka sedang menunggu hidangan. "Pokoknya aku mau makan banyak hari ini," kata Melati tersenyum lalu mengeluarkan handphonenya. Dia membuka aplikasi kamera lalu mengarahkan pada Batara. "Ai, senyum!!" Melati memberikan kode. Batara melirik lalu, satu gambar tertangkap di kamera itu. Batara meringis sudah terbiasa seperti ini.

"Wah, kamu kok selalu ganteng, sih? Suami ganteng aku," ucap gadis itu dengan tatapan memuji pada hasil jepretannya. Batara tersenyum tipis sekaligus merasa lucu. Melati selalu saja memujinya terang-terangan.

"Kalau bintang bersinar akan tetap bersinar dimana pun dia," kata Batara menanggapi istrinya.

"Hah?" Melati mendongak tidak mengerti apa yang dikatakan suaminya itu.

"Kalau dia tampan, di mana pun dan kapan pun, mau gimana pun dia akan tetap terlihat tampan," terangnya supaya gadis itu lebih mengerti.

"Kamu puji diri kamu sendiri?" Melati mengejek Batara. "Bukan hanya meluruskan," jawab Batara.

"Makanannya Mbak, Mas," sapa pelayan yang datang menghampiri meja mereka. Melati dan Batara mulai memakan makan malam itu.

"Ai, tahu nggak? Tadi aku ketemu sama cewek loh. Dia baik, udah nolongin aku pas hampir ketabrak mobil," jelas Melati sambil melahap makanan itu ke dalam mulutnya.

"Apa?" Batara menghentikan acara makannya. Dia meletakkan sendoknya hingga terdengar suara denting sendok pada piringnya. Melati terdiam lalu meneguk ludahnya kasar. "Ke, kenapa, Ai?" tanya Melati gagap. Tatapan Batara tidak bisa diartikan.

"Hampir ditabrak mobil?" tanya Batara mengulangi perkataan Melati. Melati mengangguk takut. Batara memejamkan matanya lalu berpikir keras. Merasa gagal jadi suami. Dia sangat sadar seharusnya saat mereka liburan tidak usah memikirkan pekerjaan apapun dan fokus pada liburan mereka.

Pelukan Saat Senja [END]Where stories live. Discover now