Chapter 43 - Keluarga Baru

10.5K 795 53
                                    

🎶 Count on Me - Bruno Mars

***

Lena terlihat sibuk mondar-mandir ke sana ke mari di ruang tunggu rumah sakit. Ya, dia sangat khawatir dan juga bahagia. Bagaimana tidak? Sebentar lagi dia akan mempunyai cucu.

"Mah, udah gimana?" tanya Febby yang datang dengan Sandy setelah pulang membeli makanan dari luar.

"Masih proses, doain aja supaya persalinannya lancar."

Sandy memilih duduk di salah satu kursi di sana. Dia malas melihat Febby yang sejak tadi berdiri.

"Bii! Duduk!" Febby menoleh. Febby tersenyum kikuk. Dia mengambil posisi duduk di samping Sandy Kakaknya.

Lalisa Anindito, kakak pertama dari empat bersaudara itu sedang melakukan persalinan. Mereka semua begitu antusias saat Lalisa melahirkan anak pertamanya. Tidak terkecuali Sandy, yang kelihatan cuek namun sebenarnya dia peduli dan berdoa dalam hati atas keselamatan kakak dan calon keponakannya.

"Udah gimana, Mah?" Batara dan Melati menghampiri mereka di sana. Batara dan Melati ikut panik sekaligus senang mendapat kabar itu. Mengingat bahwa mereka langsung bersiap-siap dari Yogya menuju Jakarta.

"Masih proses sayang," jawab Lena tersenyum.

"Mama duduk aja, jangan diri," ujar Melati. Lena tersenyum lalu ikut duduk di samping menantunya itu.

Lima menit, sepuluh menit, dua puluh menit, setengah jam, akhirnya salah satu dokter keluar dari ruangan itu. Mereka semua dengan sigap berdiri ingin menanyakan bagaimana keadaan.

Dokter itu tersenyum, "Selamat ya, bayinya sangat sehat. Tapi, kalian boleh masuk setelah bayi selesai dimandikan dulu," kata dokter.

Lena tersenyum dan menangis terharu. Dia sangat mengucap syukur kepada Sang Maha Kuasa. "Terima kasih banyak, dok." Dokter itu mengangguk tersenyum lalu beranjak dari sana.

Batara dan Melati sama senangnya, rasa khawatirnya langsung menghilang dan kebahagiaan seolah datang terjun pada mereka. Lena memeluk Melati yang di sampingnya.

"Selamat, ya Mah. Mama sekarang udah jadi nenek," ucap Melati.

Lena tersenyum, "Iya sayang."

"Keluarga pasien sudah bisa masuk," kata suster yang baru saja keluar.

Dengan cepat-cepat mereka semua masuk ke dalam untuk melihat hal yang ingin mereka lihat sejak tadi.

"Mah..." kata Lalisa masih lemah. Wanita satu anak itu tersenyum lemah tapi bahagia. Suaminya masih setia menemani Lalisa di sana. Lena tidak sabar untuk menimang cucu pertamanya. Tapi, Lalisa masih menyusui bayi laki-lakinya.

"Halo cucu nenek, ganteng banget sih?" kata Lena menyentuh wajah cucunya.

"Bayinya lucu banget," bisik Melati pada Batara. Mereka berdua memilih duduk dulu. Memberikan waktu untuk mama Lena yang sangat senang dan begitu antusias dengan cucu pertamanya.

"Kamu suka?"

"Iya, bayinya lucu, pasti tangannya masih halus," ucap Melati tersenyum melihat bayi itu. Sejenak dia tiba-tiba ingin punya bayi seperti itu juga. Batara senang mendengar istrinya yang menyukai bayi.

"Kamu nggak mau coba gendong?" tawar Batara.

"Nggak ahh, Ai. Takut, nanti kalau bayinya jatuh gimana?" kata Melati. Batara tersenyum tipis. Istrinya benar-benar polos.

"Nggak akan, makanya nanti pas kamu gendongnya yang erat," kata Batara.

"Nggak ahh. Nanti aja setelah bayinya udah berumur beberapa hari."

Pelukan Saat Senja [END]Where stories live. Discover now