"Wǒ ài nǐ!" seru Batara.
Apa? Melati tidak salah dengar kan? Batara mengatakan kata-kata itu. Kata-kata yang ingin Melati dengar sejak lama. Wǒ ài nǐ? Bukannya itu artinya aku cinta kamu? batin Melati berpikir sejenak. Dan sedetik kemudian, what??? Ba, Batara bilang cinta sama aku??? batinnya lagi. Melati tidak bodoh, dia sedikit tahu bahasa yang digunakan Batara. Dia pernah ikut les. Kata-kata itu sudah sangat umum baginya.
"A, apa? Ka, kamu bilang apa? Aku nggak tahu," jawab Melati pura-pura tidak tahu.Batara menggaruk kepalanya dan menatap lama Melati. Dia sangat malu. Maksudnya, dia malu mengatakan arti dari kata-katanya itu barusan.
"Kalau kamu mau tidur duluan, ya udah nggak papa. Kamu juga masih sakit jangan dipaksain. Aku bakal bangunin kamu besok pagi, selamat malam... Ai," ucap Melati sedikit mengecil saat mengatakan kata "Ai"
Lalu Melati keluar dari sana. Tinggallah Batara dengan jantungnya yang masih berdetak sejak dia mengatakan cinta pada Batara. Dia menghempaskan tubuhnya pada ranjang istrinya. Lalu menutupi wajahnya dengan selimut karena sangat malu."Kok jadi gini, sih? Malu banget, padahal sama istri," gumam Batara. Dia duduk, tidur, duduk lalu tidur lagi. Dia melemparkan boneka panda yang menatapnya.
"Kamu ngetawain aku?" katanya pada boneka panda besar itu.
"Aisss!!!!"
"Masa aku pakai bahasa indo? Malu ahh....."
"Aissss!!!!"Perasaan Batara campur aduk. Terus dia berhenti, "Apa jangan-jangan dia pura-pura tidak tahu?"
"Tapi kok, mukanya polos gitu tadi?" katanya lagi.
"Ai... kali ini kamu berhasil buat harga diri aku jatuh sampai ke dasar samudera," ejeknya pada dirinya sendiri.
Sedangkan Melati, dia menghirup nafasnya kuat-kuat. Pasokan udara di paru-parunya seperti menipis. Wajahnya panas dan tiba-tiba Melati merasa gerah. "Adek kenapa?" tanya Melisa yang datang dari dapur membawa toples kaca berisi coklat lapis.
"Hah? Nggak kok, boleh minta dikit?" Melati mengambil coklat yang ada di dalam toples. Lalu memakannya sekali tiga. Melati berlalu dari sana menuju dapur. Dia butuh minum air putih sekarang. Karena dia merasa kerongkongannya kering. Melisa yang melihatnya bingung. Untung saja Melisa bersikap bodoh amat.
❦❦❦
"Yang ini di sini, terus kalau pelaminannya kayaknya lebih bagus dikasih bunga kiri kanan deh, biar makin mantap," ucap Melisa mengintruksi. Beberapa pelayan sibuk menata ruangan dan pelaminan. Malam ini keluarga besar Melati datang. Tidak terkecuali neneknya yang datang dari Surabaya.
"Sibuk banget ya cucu nenek, sampai-sampai lupa kalau neneknya udah datang," ucap Ira melihat Melisa.
"Nenek? Nenek kapan datang?" Melisa memeluk Ira penuh rindu.
"Barusan sayang, oh ya, Melati di mana?"
"Melati di dalam, Nek."
"Ya udah, nenek ke dalam ya."
Ira berjalan mencari Melati cucu kesayangannya itu. "Ini apa? Kok kayak enak?" Terdengar suara Melati dari arah dapur. Ira tersenyum melihatnya. Ternyata, Melati sibuk melihat para koki yang memasak makanan untuk besok.
YOU ARE READING
Pelukan Saat Senja [END]
Teen Fiction𝘞𝘢𝘳𝘯𝘪𝘯𝘨 ❗ 🚫𝘊𝘦𝘳𝘪𝘵𝘢 𝘪𝘯𝘪 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯𝘥𝘶𝘯𝘨 𝘜𝘞𝘜 𝘵𝘪𝘯𝘨𝘬𝘢𝘵 𝘢𝘬𝘶𝘵, 𝘫𝘪𝘬𝘢 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘬𝘶𝘢𝘵 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘶𝘴𝘢𝘩 𝘣𝘢𝘤𝘢!🚫 🚫𝐒𝐒𝐄𝐁𝐀𝐆𝐈𝐀𝐍 𝐂𝐄𝐑𝐈𝐓𝐀 𝐃𝐈𝐏𝐑𝐈𝐕𝐀𝐓, 𝐅𝐎𝐋𝐋𝐎𝐖 𝐒𝐄𝐁𝐄𝐋𝐔𝐌 𝐌𝐄𝐌𝐁𝐀𝐂𝐀...