Chapter 51 - Tim Kesebelasan

10.1K 761 57
                                    

🎶 Yummy - Justin Bieber

****

Setelah kecelakaan beberapa minggu lalu, keluarga besar Batara dan Melati sangat protektif terhadap Batara. Keluarga dari kedua belah pihak tidak mau itu terjadi lagi. Yanti dan Malik baru saja pulang dari rumah mereka. Tinggal Febby dan Lena mama Batara yang tinggal di sana.

"Kak, kakak tahu nggak? Kakaknya kawan aku itu baru melahirkan, anaknya cakep banget," puji Febby. Melati menoleh. Gadis itu dari tadi sibuk dengan Febby di dapur.

"Masa sih?" Melati menimpali perkataan Febby. Melati sangat senang jika ada Febby di sana. Suasana rumah jadi semakin ramai. Dia bersyukur dan senang punya keluarga seperti keluarga suaminya. Dia bahkan tidak takut pada mama Lena. Dulu, dia pernah mendengar bahwa ibu mertua itu sama seperti ibu tiri pada umumnya. Galak! Ya, dan Melati percaya akan hal itu. Tapi, cintanya pada Batara sangatlah besar. Sehingga dia mau menerima semua resiko apapun setelah menikah dengan pria itu.

Dan setelah menikah, apa yang dipikirkan Melati selama ini ternyata salah. Tidak semua ibu mertua itu galak dan juga jahat seperti di film-film yang dia lihat. Mama Lena sangat baik padanya. Jadi, tidak ada alasan untuk Melati mengatakan bahwa ibu mertuanya jahat. Dia sayang ibu mertuanya seperti dia menyayangi Bundanya.

"Iya kak, aku pengen gigit anaknya. Mukanya tembem banget."

"Kak, kalian kapan punya anak?" kata Febby lagi.

Melati, gadis itu sangat terkejut. Dia tidak tahu harus mengatakan apa. Batara dan Melati memang sudah punya perencanaan. Tidak akan mempunyai anak sebelum Melati lulus kuliah. Lama bukan? Dan itu semua keinginan Batara. Dia tidak ingin mengganggu kuliah Melati. Dan Melati sebagai istri harus menuruti apa kata suaminya. Lagian, dia juga setuju dengan keputusan Batara.

"Kamu ngomong apaan sih, Febby?"

"Cieeeee.... kakak malu, Febby tahu nih, Kak Batara pasti nyuruh kak Melati diem kan? Karena kalian mau buat kejutan? Iya kan?" ucap Febby tersenyum jahil pada kakak iparnya itu. Dan, Febby senang akan hal itu.

"Ya udah, kalau kalian nanti punya anak, bikinnya yang banyak ya sama yang cakep-cakep. Nanti Febby kasih tunjuk sama temen-temennya Febby." Febby membawa minuman dan cemilan itu ke depan. Melati melihat kepergian Febby. Dia menarik nafasnya dalam-dalam. Wajahnya memanas, jantungnya berpacu dengan cepat. Lalu, menyusul Febby ke depan.

"Mah, kita duduk di sini yuk? Batara udah tidur?" Melati meletakkan nampan yang berisi minuman itu. Sedangkan Febby, dia sudah duduk santai sambil makan dan menonton TV.

"Udah sayang. Kamu lihat aja dia dulu." Lena tersenyum lembut lalu mencium pipi menantunya itu. Melati duduk sebentar, menemani ibu mertuanya makan cemilan dan minum teh hangat di hujan yang deras di sore ini.

"Mah, aku mau ngomong sama mama," kata Melati sedikit malu.

"Ngomong apa sayang? Ngomong aja."

"Eehmmm... pas dulu Batara punya pacar, dia sering nggak bawa ke rumah?" Melati tersenyum malu, gadis itu mengumpulkan niat. Dia penasaran dengan masa lalu pria itu.

"Tunggu mama ingat, dulu sih pernah bawa ke rumah, dua kali tiga kali. Kenapa sayang, kok tumben nanyain hal itu?"

"Hah? Nggak papa kok, Mah. Cuman penasaran aja," jawab Melati tersenyum malu.

"Terus, waktu dulu, Batara mau nggak cerita-cerita tentang mantan pacarnya sama mama?" tanya Melati lagi.

"Nggak juga. Kemarin cuman dikenalin, udah itu aja." Melati lagi-lagi mengangguk. Ada sedikit rasa cemburu. Dia iri kepada perempuan yang dulu sudah berhasil memikat hati Batara. Sedangkan dia, hanya karena dijodohkan supaya bisa bersanding dengan Batara.

Pelukan Saat Senja [END]Where stories live. Discover now