04. Sebelas IPA 3

22.3K 1.7K 37
                                    

Aku iri dengan dia, yang mendapat hati mu tanpa berjuang sekeras aku.

***

Bel istirahat telah berbunyi 15 menit yang lalu, Ciko hari ini sengaja membawa bekal agar nanti tidak jajan ke kantin. Memang sebelumnya Ciko berada di kantin karena di ajak Bevyl, karena tak enak untuk menolak akhirnya Ciko menerima ajakan Bevyl.

Dari sana juga, Ciko tahu bagaimana sikap Bevyl. Ciko kira Bevyl adalah gadis yang dingin, tapi nyatanya Bevyl adalah orang yang ramah. Memang kemarin mereka baru kenal mungkin jadi Bevyl belum terbiasa.

"Anak gue, anter mamah kamu ini ke kelas 11 IPA 3 yuk" Lily datang tiba-tiba dari arah pintu, berjalan menuju meja Ciko yang di samping Ciko sudah ada Reza juga.

"Ngapain lo kesana?" Bukan Ciko yang bertanya, melainkan Reza.

"Kepo banget lo" Ketus Lily.

Ciko terkekeh melihat interaksi Lily dan Reza. Tak ada kata akur untuk mereka berdua. Jika mereka berdua akur, mungkin hanya ketika mereka berbagi jawaban saja. Itu pun kadang Lily atau Reza suka pelit untuk memberi jawaban satu sama lain.

"Ayo Cik, anterin gue ke kelas 11 IPA 3. Kak Dino waktu itu pesen obat kuat ke gue"

Reza membulatkan matanya ketika mendengar itu, spekulasi-spekulasi negatif bermunculan di dalam otaknya, menganggap Lily melakukan hal yang tidak-tidak.

"Lo gak nganu-nganu sama Kak Dino kan?" Tanya Reza.

"Gue cuma jualan obat kuat Reza, gue gak sekalian jual badan gue juga kali" Kesal Lily pada Reza, tangannya bersedekap di dada nya.

"Lagian lo juga kenapa jualan obat kuat, orang lain pasti mikir yang enggak-enggak"

"Pemasaran obat kuat sekarang lagi tinggi-tinggi nya, lo mah gak tahu cara main pasar penjualan kayak gimana. Udah yuk Cik"

Lily dan Ciko akhirnya pergi menuju ke arah kelas 11 IPA 3 yang berada di gedung kelas 11. Betapa lelahnya mereka berdua harus turun tangga kemudian naik tangga lagi. Jika kalian ingin menguruskan badan, turun tangga di sekolahan Lily dan Ciko saja, di jamin beberapa hari langsung sisa tulang saja.

"Lo tahu kelasnya yang mana, Ly?" Tanya Ciko pada Lily yang saat ini masih terus berjalan. Bukan Ciko tidak percaya dengan kemampuan Lily mengenai sekolah ini, tapi sampai sekarang mereka berdua belum juga sampai di kelas 11 IPA 3.

"Lo tanya juara satu waktu alumni pertama di sini juga gue tahu, Cik. Jadi, jangan raguin kemampuan gue"

Ciko terdiam mendengarnya. Ibaratnya Lily bisa disebut suhu hingga tahu siapa juara pertama alumni pertama disini. Ciko saja tidak tahu wajah-wajah juara satu angkatan di kelas 11 saat ini, sedangkan Lily tahu sampai dari alumni pertama. Bukan lebay atau apa, tapi yang Ciko tahu jika sekolah ini dibangun pada tahun 1970-an, dan Lily bisa tahu siapa juara pertama alumni pertamanya siapa.

"Ini dia kelas nya!" Seru Lily sampil menunjuk papan kelas di atas pintu.

"Akhirnya" Gumam Ciko, penderitaan kaki nya telah hilang.

"Permisi" Sapa Lily di pintu kelas 11 IPA 3.

Sapaan Lily membuat atensi semua orang yang berada di kelas melihat ke arah Lily. Pada saat itu, Ciko masih berdiri di belakang Lily dan belum menampakkan dirinya.

"Ada Kak Dino?" Tanya Lily dengan nada sopan.

"Itu Dino lagi tidur, emang ada apa cari dia? Tumben-tumbenan si Dino di cariin cewek, kelilit utang dia?" Tanya pria yang memakai kacamata yang duduk paling depan.

Roomate [End]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant