13. Pentas Seni

17.7K 1.2K 3
                                    

Siapkan rencana-rencana yang ingin diwujudkan, sudah waktunya lebih fokus dan serius.

***

M

alam ini adalah malam yang dinanti-nanti para siswa-siswi, karena malam ini pentas seni sekolah akan segera dimulai.

Berbeda dengan yang lain, Ciko lebih fokus membeli makanan-makanan yang dijual di pameran ulang tahun sekolahnya. Sepertinya semua makanan sudah dicoba oleh Ciko, bahkan Chiko tidak memperdulikan jika pensi tersebut akan segera dimulai.

"Kamu kok masih di sini Ly? Kan pensi udah mau dimulai" tanya Ciko yang keheranan melihat lili masih berada di sampingnya bukankah Lily menjadi panitia project di kelasnya?

"Oh iya gue lupa kasih tahu, gue udah nggak ikut project kelas lagi, udah muak gue ngeliat kelakuan Gracia" jawab Lily seadanya.

"Mungkin kamu masih kebawa emosi Ly, sayang loh nilai kamu nanti"

Lily yang mendengar itu menghembuskan nafasnya kasar "G ue emosi juga ada sebabnya, Ciko. Gue nggak mungkin emosi kalau orang itu nggak buat gue emosi, daripada gue makin emosi mending gue keluar daripada semuanya jadi berantakan. Buat nilai gue nggak mau pusingin itu, toh ada nilai mata pelajaran yang lebih penting"

Ciko mengangguk mendengarnya, mungkin itu sudah keputusan yang dipilih oleh Lily, jika tidak mau menyalahkan Lily juga.

"Ciko! Lihat sini"

Cekrek

Lili memotret Ciko yang sedang memakan gulali "Lucu banget" Lily tersenyum gemas melihat hasil foto yang tadi, foto tersebut menampilkan Ciko yang sedang memakan gulali dengan pandangan ke arah kamera seperti orang terkejut. Wajah terkejut Ciko terlihat sangat menggemaskan bagi Lily.

"Lily ih hapus fotonya" kesal Ciko ketika melihat foto tersebut. Foto itu terlihat aneh bagi Ciko.

"Gamau wleee!! Ini tuh lucu tauu" Lily tersenyum mengejek ke arah Ciko lalu menatap layar ponselnya kembali.

Ciko mendengus kesal. Hal yang Ciko tidak sukai dari Lily itu anaknya jahil banget, tapi kadang Ciko selalu terhibur dengan Lily.

"Ih adik siapa ini lucu banget" kini atensi Ciko melihat ke arah anak kecil yang digendong oleh Reza yang baru datang menghampiri Ciko dan Lily. "Reza, Aku mau gendong dedeknya" mohon Ciko sambil menatap Reza.

Reza memberikan anak kecil itu kepada Ciko untuk digendong lalu berkata "Nih, awas nangis!"

Ciko dengan riang menggendong anak kecil tersebut, kata gemas tidak cukup bagi Ciko untuk anak kecil tersebut. Ciko memang sangat menyukai anak kecil, menurutnya anak kecil selalu menghibur ketika kita sedang merasa sedih apalagi anak bayi yang pipinya bulat-bulat seperti anak yang digendong Ciko saat ini.

"Ih Lucu banget sih, kamu tinggal sama kakak gak?" Ciko tak henti-hentinya mengucap kata gemas dan lucu untuk anak kecil tersebut.

"Ciko jangan gitu nanti bayinya trauma lihat lo" ucap Lily ketika menatap ngeri perlakuan Ciko kepada anak kecil tersebut. Bagaimana tidak, jika tak henti-hentinya mencubiti pipi anak kecil itu, untung saja anak kecilnya tidak menangis.

"Lo udah punya anak kok nggak bilang-bilang, Za?" Tanya Lily penasaran pada Reza yang saat itu sedang memesan jajanan yang ada di dekatnya.

"Itu bukan anak gue anjir, itu adik sepupu gue" jawab Reza sambil melahap makanannya. Lily ber oh ria ketika tahu jika anak kecil tersebut ternyata adik sepupu Reza.

"Ciko, adik gue bisa trauma sama orang astaga" Reza baru sadar jika adik sepupunya sedari tadi disiksa oleh Ciiko. Disiksanya dalam artian dicubit-cubit pipinya dan di unyel-unyel pipinya karena Ciko merasa gemas dengan adik sepupu Reza.

Roomate [End]Where stories live. Discover now