11. Bimbang

19.1K 1.5K 24
                                    

Orang yang selalu merendahkan egonya, sebenarnya ialah orang yang benar-benar terluka dalam batinnya.

***

Jujur saja, Ciko iri. Melihat teman-temannya yang sibuk untuk menyiapkan project untuk pentas seni yang diadakan beberapa hari lagi. Ini memang keputusannya, tapi ini bukan keputusan yang Ciko inginkan.

Saat ini Ciko tengah sendirian berada di kantin. Jam istirahat telah berbunyi beberapa menit yang lalu, karena tidak ada kegiatan dalam kelas akhirnya Ciko memutuskan untuk menuju kantin sendirian disaat teman-teman sekelasnya tengah sibuk menyiapkan diri untuk projek pensi nanti.

Ciko melahap bakso dengan tenang. Ciko jadi teringat Lily. Setiap keheningan yang datang, pasti selalu ada Lily yang memutuskan keheningan tersebut. Namun, kali ini Lily sepertinya tengah sibuk membantu teman sekelasnya. Sesekali Ciko bermain dengan ponselnya yang menampakkan game yang sering Ciko mainkan.

"Sendirian aja cantik!"

Ciko tersentak ketika mendengar suara bariton milik seorang pria. Ciko mendongak menatap pria yang berdiri di depannya dengan senyum manisnya. Ciko menghela nafas ketika tahu siapa yang datang menghampirinya. Manusia gabut antek anteknya Gibran, siapa lagi kalau bukan Dino.

"Aku gak cantik!" Desis Ciko dengan menatap Dino seperti musuhnya. "Ah masa sih, bunga aja insecure loh lihat kecantikan kamu" Kini Dino semakin menjadi, duduk di hadapan Ciko dengan senyum yang tak pernah luntur.

Ciko memutar matanya malas. Mungkin jika cewek yang di gombali seperti itu akan kejang-kejang tapi tidak dengan Ciko, Ciko itu cowok yakali dia baper sama gombalan Dino. "Biasanya kamu ngintilin kak Gibran terus, tumben sekarang gak jadi buntunya?" Tanya Ciko tiba-tiba.

Dino yang ditanya seperti itu langsung menjawab "Gibran lagi sibuk latihan basket buat turnamen lawan SMA sebelah plus latihan buat nanti ulang tahun sekolah". Ciko mengangguk paham. Kenapa semua orang sibuk? Ciko juga ingin ikutan sibuk tapi sibuk ngapain??

"Btw lo ada niat mau pindah asrama?"

Pertanyaan Dino lantas membuat Ciko menatap ke arah Dino dengan pandangan bertanya. "Kok Kakak tau?" Tanya Ciko sambil meminum es teh manis miliknya.

Dino terdiam sejenak lalu kemudian menjawab "Kemarin Lily yang cerita waktu gue beli obat kuat punya dia. Gua gak kaget sih kalo Lo mau pindah kamar, tapi Lo beneran yakin?"

Ciko lantas terdiam mendengarnya. Ciko sudah yakin, yakin sekali, namun Ciko takut dengan ucapan Gibran pada saat itu. Ciko takut jika kehidupan sekolahnya akan buruk nantinya jika dia menentang ucapan Gibran. "A-Aku udah yakin" Jawab Ciko pelan, namun dapat didengar oleh Dino.

Dino menghela nafasnya kasar "Gue berharap Lo gak pindah kamar. Selain itu ngerugiin Lo juga, tapi Lo harus tau, Gibran itu kesepian. Dia sudah sering dapetin roommate tapi mereka selalu gak kuat dan gak bertahan lama satu ruangan sama Gibran. Selain Gibran anaknya kotor, berantakan, gak pernah bersih yang bikin roommate nya gak pernah bertahan lama bareng Gibran, Gibran juga selalu berbuat sesuka dia dan buat roommate nya ngerasa tertekan. Gibran ngelakuin itu karena dia ngerasa kesepian, dia butuh teman selain kita berempat yang selalu sama dia. Jujur, Gibran juga gak terlalu terbuka sama kita berempat" Jelas Dino panjang lebar. Ciko yang mendengarnya terdiam, bingung harus merespon apa.

"Gibran cuma butuh orang lain peduli sama dia. Gibran haus kasih sayang. Dia nggak bakal ngerusak lo, jadi lo nggak usah pikir yang aneh-aneh tentang dia. Lo tau kenapa Gibran lebih milih tinggal di asrama? Karena dia muak ada di dalam rumahnya. Rumahnya selalu berisik padahal tidak ada siapa-siapa di sana, hanya ada Gibran"

Roomate [End]Where stories live. Discover now