36. Hari Terakhir

13.4K 1.1K 28
                                    

Yang paling menyedihkan adalah jika kita ternyata sepasang hati yang tepat, namun memilih berpisah karena ego sesaat

***

(Flashback saat Anggun bangun dari kritis)

Dino menatap bahagia ketika melihat Anggun yang sudah sadar. Dino membantu Anggun yang berusaha untuk duduk.

"Mau minum?" Tanya Dino yang khawatir ketika melihat Anggun yang sedari tadi diam.

Anggun menggeleng sebagai jawaban, tenggorokan nya tidak terasa kering sama sekali. "Dimana Mami sama Papi?" Tanya Anggun ketika tak melihat keberadaan orang tuanya ketika bangun dari kritisnya.

Dino menggaruk tengkuknya "Mereka lagi ada urusan sebentar, nanti juga balik lagi kok" jawab Dino. Sebenarnya Dino tidak yakin apakah urusan itu akan selesai dengan cepat atau tidak, tapi Dino hanya berusaha menenangkan Anggun.

Beginilah Anggun. Dino tahu betapa sepi nya kehidupan Anggun. Tak memiliki teman, orang tua yang selalu sibuk, hanya ada Dino yang selalu menemani Anggun.

Mereka hanya tahu bagaimana buruknya Anggun tapi tidak tahu bagaimana hati tulus seorang Anggun. Anggun tidak seburuk yang mereka bayangkan.

"Apa nanti aku bisa sekolah kak?" Tanya Anggun tiba tiba.

Dino yang mendengar nya langsung menggeleng "Kamu baru sadar, dek. Aku gak mau kamu kenapa kenapa, istirahat dulu yah"

Anggun menatap Dino dengan pandangan memohon "Plis, sehari aja aku ke sekolah. Aku mau ketemu Ciko-"

"Aku bisa telpon Ciko suruh dia kesini,dek"

Anggun menggeleng "Aku mau ketemu langsung sama Ciko, mau ngomong berdua sama dia. Aku mau minta maaf sama dia, aku sadar kalau aku terlalu egois sampai lukain orang lain. Ternyata mereka berdua gak bisa dipisahkan ya kak Dino? Aku iri liat Ciko sama kak Gibran, kapan aku dapat cinta setulus itu?"

Dino langsung memeluk Anggun "Banyak yang mencintai kamu-"

"-Mereka gak cinta sama aku, mereka cuma kasihan sama kondisi aku pas tahu tentang penyakit aku kak" ucap Anggun dengan Isak tangis.

Dino menggeleng "Meskipun mereka kasian sama kamu, tapi kakak selalu jadi orang yang paling sayang sama kamu dengan tulus"

"Kalau nantinya aku udah gak ada, kakak bakal sayang sama aku terus kan?"

(Flashback end)

Dino kembali menangis ketika mengingat kejadian itu. Apakah Anggun benar benar akan meninggalkan nya?

"Jangan pergi dulu, gue butuh Lo disini" ucap Dino memohon pada Andrew untuk tidak kemana mana, karena sejujurnya, Dino butuh ketenangan dan ketenangan itu ada pada Andrew.

Andrew duduk di samping Dino dengan kepala Dino yang di sandarkan ke pundak Andrew. Andrew mengusap kepala Dino mencoba menenangkan pria itu.

Orang yang ditunggu tunggu kini datang. Ciko, Gibran, dan Kevin yang berlari terburu buru. Mereka bertiga sampai mendekati Andrew dan juga Dino.

"Gimana keadaan Anggun?" Tanya Kevin dengan nafas yang terengah-engah.

Dino menggeleng "Nggak baik, tapi dia mau ketemua sama Ciko sebentar" lirih Dino.

"Ngapain?" Tanya Gibran cepat.

Dino menatap Gibran "Untuk kali ini jangan berfikir jelek tentang Anggun. Ini permintaan terakhir Anggun" lirih Dino dengan air mata yang tak bisa dibendung.

Ciko yang tak tega akhirnya masuk ke dalam ruangan Anggun.

"Dimana om sama Tante?" Tanya Kevin ketika tidak melihat keberadaan kedua orang tua Anggun.

"Mereka baru pergi, katanya ada urusan penting yang gak bisa ditinggalin" ucap Dino sambil menakup wajahnya.

Bayangkan, di hari terakhir mu bahkan tidak ada siapapun yang peduli. Bahkan kamu tidak sepenting itu bagi mereka.

"Anjing" umpat Kevin yang juga tak habis fikir dengan orang tua Anggun yang meninggalkan anaknya dalam keadaan kritis seperti ini.

***

Di dalam ruang, Ciko melihat banyak alat yang terpasang di tubuh Anggun. Ciko tak tega melihatnya. Melihat Anggun terlihat sangat menyakitkan.

Ciko menghampiri ranjang dimana Anggun yang sedang menutup matanya. "Anggun" panggil Ciko pelan.

Mata yang sebelumnya menutup kini terbuka, menatap ke arah Ciko yang berdiri di sampingnya. Anggun tersenyum, orang yang di carinya kini datang.

"Makasih ya Ciko udah dateng" ucap Anggun dengan nada suara yang lemah.

Ciko yang mendengar nya tersenyum mengangguk "Cepet sembuh ya Anggun, aku tahu kamu kuat. Kamu hebat udah bisa bertahan sampai di tahap seperti ini"

"Terbuat dari apa hati Lo, Ciko? Gue ngerasa jahat banget sama Lo. Gue gak mau ketika gue pergi nanti, gue meninggalkan luka dalam buat Lo. Gue minta maaf, maaf karena udah lukain hati Lo" lirih Anggun pelan.

Ciko menggeleng kencang "Kamu gak salah kok, bahkan aku gak pernah marah sama kamu" ucap Ciko sambil menahan tangisnya.

"Gue bersyukur ketemu sama Lo yang kasih gue banyak pelajaran. Jujur gue iri banget sama Lo, dapet kasih sayang dari semua orang. Sedangkan gue? Seberapa keras gue ambil perhatian mereka, gak ada yang peduli sama gue, bahkan orang tua gue sendiri" ucap Anggun yang tak sadar ternyata air matanya menetes.

"Gue selalu takut sama bayang bayang kematian, tapi gue sadar bahkan ketika hidup pun gue gak ngerasa bahagia. Ternyata tuhan sebaik itu sama gue, memilih kematian supaya gue keluar dari lingkaran menyakitkan itu. Bahkan ketika tuhan mau ambil nyawa gue sekarang, gue udah siap"

Ciko menggeleng, menggenggam erat telapak tangan Anggun yang mulai dingin itu.

"Gue titip salam sama kak Dino ya. Bilang sama dia, gue sayang banget sama dia" setelah mengucapkan itu, Anggun menutup matanya dengan bibir tersenyum.

Ciko menggeleng sambil terisak "Anggun, nggak! Anggun plis bangun!!" Ciko tak henti hentinya menggoyangkan lengan Anggun untuk menyadarkan Anggun, namun sayangnya itu adalah hembusan terakhir yang Ciko dengar.

Gibran, Dino, Kevin, dan Andrew yang berada di luar mendengar teriakan Ciko langsung masuk ke dalam. Mereka semua mematung ketika melihat jika Anggun sudah menghembuskan nafas terakhirnya.

***

Pemakaman selesai, kini hanya tersisa Dino, Ciko, dan Gibran yang masih berdiri di sisi pusara makan Anggun.

Dino berjongkok dan mengusap pusara tersebut "Kamu tahu dek? Bahkan disaat hari terakhir kamu, om dan Tante gak bisa pulang. Kakak gak bisa bayangin sesedih apa ketika kamu tahu kalo mami sama papi kamu gak Dateng. Maaf ya kalo kakak selama ini jadi kakak yang buruk buat kamu" lirih Dino yang kembali terisak.

Ciko berjongkok mengusap punggung Dino. "Anggun udah bahagia di sana kak. Kata Anggun,  dia sayang banget sama kak Dino" ucap Ciko sambil menatap makam Anggun yang ditaburi banyak bunga.

Dino yang mendengarnya menggeleng pelan "Kakak lebih sayang sama kamu dek" ucap Dino sambil terisak memeluk tempat peristirahatan terakhir Anggun.

***

Kali ini pendek ya, aku cuma mau cerita tentang kepergian Anggun aja. Semoga menyentuh hati kalian, Anggun gk sejahat itu kok:)

Semoga anggun diterima disisi Tuhan, amal ibadahnya di terima, berdoa sesuai kepercayaan masing masing.

Berdoa mulai....

Ada info lagi, si binal Rafi udah di hapus dari wp, di takedown sama pihak wp. Huhu aku gak ada salinanya lagi😭😭😭

Roomate [End]Where stories live. Discover now