28. 'Asing'

14.4K 1.2K 132
                                    

Yang aku takutkan itu terluka dengan alasan yang sama.

***

Esok paginya, Ciko masuk ke sekolah seperti biasa. Namun bedanya, hari ini Ciko tidak memiliki semangat. Bahkan Vio bingung harus menghibur Ciko seperti apalagi.

"Senyum dong, serem banget kayaknya kalo gak senyum kayak gitu. Ayo ayo senyum, cantikku ini gak boleh ngegalau lagi" hibur Vio dengan mencontohkan pada Ciko cara tersenyum.

"Hahaha" sedikit demi sedikit Ciko merasa terhibur, meskipun hanya tawa kecil saja.

Vio yang melihatnya tersenyum senang "Udah sana masuk, nanti telat" ucap Vio sambil mengusak rambut Ciko membuat Ciko mengangguk patuh.

"Anjir lucu banget nih anak pengen banget gua karungin" gemas Vio ketika Ciko sudah pergi jauh masuk ke dalam sekolahnya.

Sedangkan Ciko kini sudah berjalan menuju kelasnya. Mungkin memang benar kata Vio, kali ini Ciko hanya perlu mengurusi pendidikan nya saja, tidak usah memikirkan percintaan yang membuatnya malah tidak fokus pada pendidikannya.

Ya, pendidikan nomor satu.

Ketika berjalan di koridor, dari kejauhan dapat Ciko lihat seorang pria bertubuh jangkung, berparas tampan, dan pria itu yang membuat Ciko menangis semalaman.

Dia, Gibran.

Ciko menutup matanya, berusaha untuk tidak peduli dengan pria yang akan di lewati nya nanti.

Mereka berdua berjalan, lalu melewati satu sama lain, seolah mereka berdua tidak saling mengenal sama sekali.

Seolah ada tombak yang menusuk jantuk Ciko, kenapa rasanya sangat sakit sekali?

Ternyata benar, Ciko dan Gibran bisa seasing ini. Ciko tak menyangka jika akan secepat ini.

Memang harusnya dari awal Ciko tidak masuk ke dalam dunia Gibran, dan Gibran harusnya tidak mendobrak pertahanan hati Ciko.

Jika akhirnya akan menjadi seperti ini, bukannya sia sia kisah mereka sebelumnya?

Ciko mengigit bibirnya ketika Gibran sudah melewatinya, Gibran benar benar seperti menganggapnya tidak ada.

Ciko dengan cepat berjalan menuju ke kamar mandi. Kenapa Ciko sangat lemah sekali? Ciko itu seorang pria, masa hal seperti ini tidak kuat?

Ketika sampai kamar mandi, Ciko langsung masuk ke dalam bilik kamar mandi. Ciko menutup wajahnya menggunakan telapak tangannya, entah apa yang Ciko tangisi saat ini.

Dering telpon Ciko membuat Ciko tersadar dan langsung melihat ke arah ponselnya. Terpampang nama Lily dinotif orang yang menelponnya. Sebelum mengangkat telpon tersebut, Ciko menarik nafas dalam-dalam, menetralkan nafasnya dan mencoba seolah tidak terdengar habis menangis.

Setelah selesai menetralkan dirinya, Ciko langsung mengangkat telpon dari Lily.

"Halo, kenapa Ly?"

"Lo dimana? Masuk sekolah kan?"

"Iya, aku lagi di toilet tadi kebelet mau pipis. Kenapa emangnya?"

Roomate [End]Where stories live. Discover now