prolog

99.2K 4K 18
                                    

sesuai yg ada di deskripsi cerita. cerita ini diperuntukkan bagi kaum yg sdh 18+ yaa. yg udh 18+ tp ga suka konten dewasa, jg bisa minggir sj. tolong jgn menghujat jika ada adegan dewasa...

KARENA UDAH SAYA WARNING DARI AWAL!!!!

yg ngehujat perihal adegan 18+ nya sy blokir. trims, sm sm🙏🏻

salam damai🙏🏻

••••

"Regan, kamu kenapa jadi gini?"

Hanna mendongak, menatap mata Regan yang memang lebih tinggi darinya dengan mata berkaca-kaca.

Sedang yang ditatap, membuang mukanya jengah.

"Ada apa lagi, sih?"

Tangan Hanna yang memegang lengan laki-laki di depannya dihempas begitu saja berbarengan dengan nada ketus yang terlontar.

"Bisa jelasin kenapa kamu lebih milih Agis daripada aku?" Hanna berkata dengan nada bergetar. Kalimatnya menyakiti dirinya sendiri.

Regan membalas tatapan menyedihkan sosok di depannya. Sebelah sudutnya terangkat remeh.

"Masih nanya?"

Hanna menelan ludahnya sendiri yang terasa pahit. Dua kata itu mampu membuat hatinya mencelos.

"Agista jelas lebih baik dari lo. Kalo lo sadar diri, lo bisa tau tanpa gue jelasin," Regan berbalik hendak meninggalkan Hanna.

"Regan, tunggu!"

Cowok itu menghela nafas berat saat lagi-lagi tangannya ditahan.

Tangannya ia sentakkan, didorongnya bahu ringkih di depannya hingga membuat sang empu jatuh terduduk di lantai.

"Serius deh. Lo bikin gue muak tau gak?"

Regan menatap tajam Hanna yang duduk berlutut di hadapannya. Ia terganggu dengan atensi mantan tunangannya yang terus mengganggunya sejak pertunangan keduanya ia batalkan.

"Regan, apa kamu gak inget sama apa yang udah kamu lakuin ke aku?" Hanna dengan mata berlinangnya menatap Regan sedih.

"Apa maksud lo?" Regan melotot tajam ke Hanna.

"Kita udah ber-"

"Lo juga mau ya, anjing!"

Bruk!

Cowok itu mendorong tubuh Hanna menggunakan kaki hingga gadis itu terjengkang ke belakang.

"Regan...," suara lirih itu terdengar menyayat hati.

Regan membungkuk, menyamakan kedua wajahnya agar berhadapan. Tangan besarnya mencengkram dagu Hanna keras hingga membuatnya meringis.

"Awas aja sampe Agista tahu soal itu. Habis lo di tangan gue!"

Dengan kasar, Regan menghempaskan cengkramannya. Kemudian segera berbalik meninggalkan halaman belakang sekolah yang sepi, menyisakan Hanna dengan isakannya.

"Dasar brengsek!"

Dengan lemas, Hanna berdiri. Melangkah pelan menuju kelasnya.

Hatinya yang sudah hancur sejak beberapa hari yang lalu, kini harus kembali berdarah-darah ketika melihat sosok Regan yang bermanja pada Agista.

Sosok gadis berambut hitam kecoklatan dengan senyum manis dan tampilan sederhana cukup kontras bersanding dengan cowok berbau duit seperti Regan.

Bukan hanya persoalan tentang ekonomi keluarganya, tapi juga tentang kepribadiannya.

Hanna segera pergi dari sana, tidak ingin semakin membuat hatinya sakit melihat penampakan itu.

Penampakan yang semakin membuatnya iri pada sosok Agista.

Agista memang tak seberuntung ia yang lahir di keluarga konglomerat. Tapi, Agista beruntung karena dicintai sosok Regan yang tak tersentuh perempuan lain.

Otaknya terus berteriak bahwa semuanya usai dan kebahagiaan Hanna yang sesungguhnya menanti.

Tapi, hatinya terus berteriak bahwa tempat Agista adalah tempat yang seharusnya ia tempati.

Hanna meraih tasnya. Memilih pulang ke rumah orang tuanya. Dan berniat untuk segera pindah dari kota ini.

Kota yang menyimpan beribu kenangan yang kini menjadi luka untuknya.

HannaWhere stories live. Discover now