tujuh belas

38K 2.7K 53
                                    

"Kapan sih selesainya?"

Hanna mengibaskan tangannya berusaha mengurangi rasa gerah yang melandanya.

Hari ini, kelas XI IPA 1 tengah ada mata pelajaran olahraga. Dan kali ini materi yang dibahas adalah voli.

Sebelum materi voli diberikan, seluruh murid diminta untuk melakukan gerakan pemanasan dan lari mengelilingi lapangan sebanyak 3 kali.

Jam pelajaran olahraga kelasnya yang memang di jam ke 3 dan 4, yang mana matahari sudah cukup terik membuat beberapa murid perempuan di kelasnya sudah mengeluh.

"Tadi udah pemanasan?"

Suara guru olahraganya yang samar terdengar mengalihkan atensi Hanna.

Sosok laki-laki paruh baya dengan setelan olahraganya yang masih kekinian tampak berbicara dengan murid yang bukan dari kelasnya.

"Sudah, Pak. Tadi Pak Yahya minta pemanasan dulu tanpa beliau, karena dikiranya sesudah pemanasan beliau sudah bisa mengajar. Ternyata rapat koordinasinya masih lama," kalimat panjang yang samar-samar terdengar keluar dari sosok murid di hadapan guru olahraganya.

"Yaudah, temen-temen kamu suruh ke sini aja. Gabung sama kelas Ipa satu."

"Baik, Pak!"

Setelahnya murid itu pergi menjauh. Sedangkan Pak Jerry–guru olahraga kelasnya menepuk tangannya dua kali meminta perhatian dari kelasnya.

"Karena Pak Yahya berhalangan mengajar, jadi hari ini kita olahraganya gabung dengan kelas Ips satu," beberapa desah kecewa terdengar dari mulut teman-teman sekelasnya.

XI IPS 1.

Berarti kelasnya Agista dan Adelio.

Entah ini pertanda baik atau bukan, tapi sepertinya bukan. Firasatnya tidak enak.

"Makin lama gak sih kalo digabung?" Felia cemberut menatap gerombolan anak kelas IPS 1 yang mulai mendekat.

Hanna mengangguk menyetujui sembari ikut memperhatikan gerombolan bak hendak tawuran yang mendekat di depan sana.

"Sumpah, gerah banget, pantek," gumam Hanna sembari memainkan baju di bagian dadanya agar menghasilkan angin untuk mengurangi rasa gerahnya.

Wajah Hanna yang mengkerut karena gerah, harus terpaksa berganti menjadi ramah dengan senyuman manis saat tak sengaja tatapannya bertubrukan dengan netra salah satu cowok dari kelas IPS 1, tangannya melambai menyapa.

Sedang yang disapa, ikut menampilkan senyum manis hingga lesung pipinya terlihat.

"Agis sama Adelio tuh jangan-jangan pacaran, ya?" Hanna menoleh mendengar suara salah satu teman sekelasnya.

"Kayaknya iya, deh," sahut yang lainnya.

"Kok kayaknya? Bukannya emang iya? Orang mereka kemana-mana selalu bareng," seorang yang lain menyahut dengan kerutan kening menunjukkan kebingungan.

"Yang gue tau sih mereka cuma temen dari kecil. Gak tau kalo pacaran beneran saking lengketnya," kekehan menjadi kalimat penutup sosok lain yang menambahi.

"Enak kali ya punya sahabat cowok kayak Adelio?"

Kalimat itu mengundang tawa pelan dari segerombolan murid perempuan di depannya, beberapa menyetujui kalimat itu.

"Eh, kalian gibah orangnya jalan ke sini, tuh!" Hanna menatap teman-temannya yang asik membicarakan Agista dan Adelio sembari menunjuk kedua sosok itu yang telah mendekat dengan dagu.

"Mereka digibahin makin seneng kali," salah satu dari mereka menyahut. "Kan dosanya berkurang," kalimat lanjutan itu mengundang tawa yang lain, begitu pula Hanna dan Felia yang ikut tertawa.

HannaWhere stories live. Discover now