empat belas

41.2K 2.7K 14
                                    

"Lepasin, Reg!"

Hanna berusaha melepaskan lingkaran tangan besar Regan di pinggangnya.

"Sttt, diem!"

Mendengar balasan Regan, gadis itu mengerutkan keningnya kesal. Tapi tak urung diam juga.

Kini keduanya tengah berjalan memasuki restoran yang merupakan salah satu bisnis usaha keluarga Widjaja.

Jelasnya, salah satu hotel besar di pusat kota yang merupakan milik keluarga Widjaja juga membuka restoran bintang limanya yang berada di lantai satu gedung yang sama dengan hotelnya.

Hanna malam ini mengenakan dress hitam di bawah lutut dengan model lengan puff yang elegan. Di lehernya melingkar kalung emas dengan liontin permata yang selaras dengan antingnya.

Rambut cokelat terangnya digerai rapi dengan anak rambut yang diselipkan di belakang telinga.

Sedangkan Regan, ia tampil rapi dengan setelan celana kain hitam dengan kemeja hitam yang cukup longgar di tubuhnya.

Keduanya tampak berjalan mesra, meski sebenarnya Hanna ingin menjauhkan dirinya dari Regan.

Tapi, karena sudah disuruh diam dengan maksud yang ia yakini adalah karena orang tua keduanya sudah siap di meja reservasi mereka, ia akhirnya diam.

"Malam Ma, Pa, Bun, Yah," Regan tersenyum menyapa keempat orang yang telah hadir duluan.

"Maaf ya telat, jalannya lumayan rame," lanjutnya dengan menatap satu persatu orang di sana.

"Iya, gapapa, kok. Kita juga baru nunggu sebentar, Nak Regan. Ayo duduk dulu!" Renata–Mama Hanna menjawab dengan wajah maklum.

Hanna menundukkan kepalanya sekali sebagai bentuk sapaan saat merasa ditatap oleh keempat orang itu. Ia merasa tidak perlu menyapa lagi karena sudah diwakili oleh Regan tadi.

Regan tersenyum mendapat jawaban dari calon mertuanya.

"Ayo, duduk, Sayang!" Regan berucap lembut sembari menarik salah satu kursi dan meraih lengan Hanna untuk mempersilahkannya duduk.

Hanna menatap Regan, kemudian duduk dengan manis di sana. Tatapannya memperhatikan Regan yang juga mendudukkan dirinya di kursi sebelahnya.

Mata Hanna memperhatikan wajah satu persatu orang yang duduk di satu meja makan dengannya.

Di sebelah kanan Regan terdapat sepasang suami istri yang ia tahu adalah Chika dan Bima selaku orang tua Regan.

Sedang di sebelah kirinya, ia juga menemukan sepasang suami istri yang asing baginya. Ia yakin, itu adalah kedua orang tua Hanna.

Mendengar Regan tadi memanggil empat panggilan yang berbeda. Ia yakin, kedua orang tuanya yang dipanggil Mama dan Papa, mengingat orang tua Regan dipanggil dengan sebutan Bunda dan Ayah.

Mama Hanna tak kalah cantik dengan Bunda Regan, bedanya hanya Mama Hanna tampak memiliki tatapan yang lebih sendu.

Papa Hanna juga sama tampan dan berwibawanya dengan Ayah Regan. Hanya saja, Papa Hanna cenderung lebih terlihat dingin dan pendiam.

Melihat betapa damainya wajah keduanya, membuat pikiran bahwa kedua orang tuanya merupakan orang tua yang baik dan menyayanginya memenuhi pikirannya.

Bibirnya menyunggingkan senyuman.

"Kabar kalian gimana?" Hanna dan Regan menoleh saat Renata–Mama Hanna kembali bersuara.

"Baik kok, Ma. Mama sama Papa?" Regan yang menjawab dengan nada suara yang menyiratkan perasaan senang.

HannaWhere stories live. Discover now