dua puluh lima

25.2K 2.3K 128
                                    

Agista turun dari motor Adelio, ia melepaskan helm bogo warna putih dan memberikannya pada Adelio yang baru saja selesai menaruh helm-nya sendiri pada kaca spion.

"Eh, itu Regan!" pekik Agista tertahan sembari menepuk pelan lengan Adelio.

Mendengar itu, Adelio ikut mengalihkan pandangannya ke arah yang sama dengan pandangan gadis di depannya.

Sosok Regan dengan helm fullface-nya masuk ke dalam parkiran dengan motor besar 1000 cc nya.

"Gue samperin dia apa ya?" Agista menatap dengan mata berbinar sosok itu.

"Samperin aja. Tanyain kondisi Hanna. Ntar infoin ke gue," Agista yang mendengar perkataan Adelio menoleh dengan wajah datar. Sedangkan yang ditatap menampilkan cengiran lebar.

"Udah sana, keburu pergi!" Adelio sedikit mendorong tubuh kecil Agista.

"Gue duluan, ya!" Agista berbisik sekilas sebelum melangkah mendekat ke arah Regan yang tengah melepas helmnya.

Entah mengapa, semenjak ia dan Adelio menjenguk Hanna untuk kedua kalinya. Rasa kagum dan sukanya pada Regan yang selama ini bisa terpuaskan hanya dengan menatap cowok itu dari jauh. Kini meminta lebih.

Nyalinya semakin tertantang untuk mendekati cowok itu.

Melihat bagaimana Regan memperlakukan Hanna ketika sakit, membuatnya sadar bahwa Regan begitu menyayangi dan menghargai gadis itu meskipun tertutupi gengsi.

Dan entah mengapa, ia jadi merasa ingin berada di posisi Hanna. Merasakan sikap hangat Regan yang sudah menjadi rahasia umum, hanya berlaku pada Hanna.

Mungkin jika dibandingkan dengan sikap cowok pada pasangannya yang lain, sikap Regan cukup bisa dibilang cuek dan dingin pada Hanna.

Tapi, jika dibandingkan dengan sikap Regan pada cewek lain, jelas sikap cowok itu jauh lebih hangat pada Hanna.

Cowok itu tak pernah protes maupun terlihat kesal ketika Hanna berada di sekitarnya.

Berbeda jika pada gadis lain yang terang-terangan mendekatinya. Pasti dengan terang-terangan juga, Regan menunjukkan kerisihan dan kekesalannya.

Ah, cowok bergengsi tinggi adalah tipenya.

"Regan!" panggilnya ketika langkahnya sudah berada di dekat cowok itu.

Sedang yang dipanggil, mengurungkan langkahnya yang baru akan dia arahkan keluar parkiran.

Melihat sosok Agista yang mendekat ke arahnya, Regan menaikkan sebelah alisnya.

"Kamu sendirian aja. Hanna belum masuk?" Agista mendongak menatap Regan yang memang jauh lebih tinggi darinya.

Regan yang mendengar pertanyaan bernada lembut dari sosok di depannya memiringkan kepalanya.

"Menurut lo?"

Agista menggaruk pipinya yang tak gatal ketika mendapat jawaban dari Regan.

"Hanna masih sakit ya? Dia masih di rumah sakit atau udah pulang, sih? Kayaknya dia udah membaik banget waktu aku jenguk ke sana," Agista kembali melontarkan kalimatnya, berusaha memperlama interaksi keduanya.

"Udah di rumah," Agista mengangguk paham.

"Kok belum masuk? Kan udah pulang dari rumah sakit? Apa keadaannya masih parah?"

Regan mengerutkan keningnya kesal mendengar banyaknya pertanyaan yang dilontarkan gadis caper di depannya ini.

"Lo banyak tanya, ya?"

HannaWhere stories live. Discover now