tujuh

49.9K 3.5K 42
                                    

"Hanna!"

Langkah Hanna semakin dipercepat saat tahu bahwa Regan juga baru sampai di rumah dengan motor gedenya.

Regan dengan cepat juga mengejar Hanna yang mulai masuk ke dalam rumah.

"Han!"

Hanna yang semula berjalan cepat berganti menjadi lari saat mendengar suara Regan yang kian dekat.

Jantungnya berdetak kencang seperti tengah dikejar setan.

Pak Tejo yang tadi menjemput Hanna dari sekolah, dan juga beberapa ART yang datang untuk menyiapkan makan serta membersihkan rumah menatap bingung kedua majikan mereka.

Pasalnya, mereka berdua nampak selalu baik-baik saja. Tidak pernah bertengkar apalagi ada adegan kejar-kejaran seperti itu.

"Hanna!" Regan mengerutkan keningnya kesal diabaikan oleh Hanna. "Berhenti, gak?!"

"GAK MAU!" pekiknya menjawab.

Hanna dengan cepat menyusuri tangga yang menghubungkan antara lantai dua dan tiga.

Nafasnya tersenggal, seolah-olah kakinya diburu waktu untuk segera sampai di kamarnya.

Ayo, Han, kurang dua anak tangga lagi dan sampai di lantai tiga.

"HANNA!"

Gadis yang masih berseragam itu segera menuju ke pintu kamarnya. Tangannya terulur panjang-panjang untuk segera meraih kenop pintu.

Berhasil!

Dengan cepat ia membuka pintu itu dan masuk ke dalam. Segera ia kembali menutup pintunya.

Brak!

Tangan besar menahan pintu yang hendak ditutup. Hanna dengan ngeri mendongak, matanya sedikit melebar melihat Regan dengan wajah seram menatap ke arahnya.

Perasaan takut dan merinding melingkupi tubuhnya, dengan sekuat tenaga ia mendorong pintu kamarnya berusaha menutupnya.

Regan yang melihat Hanna kesusahan tersenyum miring. Dengan kuat ia segera mendorong pintu kamar itu.

Brak!

Pintu itu terbuka dengan Hanna yang mundur beberapa langkah ke belakang karena dorongan kuat Regan.

Hanna menatap tidak percaya kejadian itu. Bagaimana bisa ia yang sekuat tenaga mendorong pintu hingga ngeden, kalah begitu saja dengan sekali dorongan dari Regan?

Sekuat apa cowok itu?

Cowok itu melangkah masuk, meraih daun pintu dan mendorongnya agar tertutup.

"Mau ngapain, sih?" Hanna yang nafasnya masih terengah mengerutkan keningnya kesal dan heran melihat Regan yang mengunci pintunya.

Gadis itu kesal karena sudah susah payah menghindari Regan dengan berlari-lari, tapi ujung-ujungnya cowok itu bisa menyusulnya.

Diam.

Hanna semakin dibuat kesal ketika hanya mendapatkan keheningan. Dengan tatapan tajam, gadis itu memperhatikan seluruh tindakan Regan.

Tas sekolah hitam yang sedari tadi bertengger di punggung Regan, kini telah cowok itu letakkan di meja belajar Hanna.

Kancing seragam sekolah yang sudah tidak rapi juga dibuka satu persatu, membuat Hanna semakin mengerutkan keningnya.

Gadis itu menelan salivanya saat Regan melepaskan seragamnya. Jika saja tali rasionalitasnya putus, Regan yang berada di depannya ini tampak begitu menawan dengan keseksiannya.

Bayangan ia bangun pertama kali di dalam tubuh ini dengan Regan yang bertelanjang dada memeluknya erat tiba-tiba melintas.

Hanna menggelengkan kepalanya keras. Segera mengenyahkan pikiran cabul yang jika dibiarkan akan semakin kemana-mana.

HannaWhere stories live. Discover now