enam

51.4K 3.8K 40
                                    

"Lo kenapa, sih?"

Hanna mengerutkan keningnya kesal, kepalanya mendongak menatap Regan tak bersahabat.

"Lo yang apa-apaan? Ngapain bawa gue ke tempat kayak gini?" setelah berucap, Hanna membuang muka.

Tidak ingin terus-terusan bersitatap dengan Regan yang menatapnya intens.

Kini keduanya berada di rooftop. Tempat yang biasanya Regan gunakan bersama teman-temannya saat jam kosong atau istirahat.

Ketika jam istirahat berbunyi, Regan langsung menghampiri Hanna dan menyeret gadis itu ke rooftop. Seolah tuli, Regan tak mengindahkan sumpah serapah yang dilontarkan Hanna padanya.

"Han, please. Kalo gue ada salah ya ngomong, jangan kayak gini. Tiba-tiba diemin gue, tiba-tiba pindah tempat duduk. Lo sendiri yang bilang komunikasi itu penting di hubungan, tapi lo yang tiba-tiba ngehindarin gue tanpa penjelasan apa-apa," kalimat panjang bernada pasrah itu menarik atensi Hanna untuk menatap wajah si pemilik suara lagi.

Hanna mengerutkan keningnya merasa bingung, heran, dan aneh di saat bersamaan.

Apakah di depannya ini benar Regan yang ia tahu adalah tokoh web-novel dark romance?

Kenapa sifatnya pada Hanna agak jauh dari bayangannya?

"Sumpah ya, lo sakit?" tanya Hanna sembari menatap aneh Regan.

Regan meraih sebelah tangan Hanna, membawanya untuk memegang dadanya.

Hanna yang menyadari letak tangannya berada di mana segera berusaha menarik tangannya. Tapi nihil, cekalan Regan lebih kuat dari yang ia duga.

"Yang sakit sini, Han," Regan menatap Hanna sendu, membuat Hanna semakin merinding dibuatnya.

Tak kuasa menahan kemerindingan itu, Hanna mendorong kuat dada Regan hingga cowok itu terdorong beberapa langkah ke belakang.

"Najis!"

Segera Hanna berlari meninggalkan rooftop. Gadis itu terbirit-birit, bahkan mengabaikan teman-teman Regan yang berpapasan dengannya ketika di tangga.

Membuat keempat cowok yang merupakan sahabat Regan itu menatap bingung gadis yang berlari dengan wajah takut tak karuan.

"Hanna kenapa dah?"

"Habis disikat kali sama Regan," sahut Farrel menanggapi pertanyaan Vicky.

"Bau baunya, Mama Papa udah baikan nih," Gading dengan girang melanjutkan langkahnya lebih bersemangat dari sebelumnya.

"Widih, Mama Papa udah rujuk lagi, kah?" pertanyaan itu membuat Regan yang masih syok mendapat umpatan 'najis' dari Hanna menoleh.

Dengan cepat ia merubah raut wajahnya menjadi datar lagi.

"Yah, gitu, deh," sahutnya tak minat sembari memainkan ponselnya dan beralih duduk di kursi besi yang ada di sana.

"Entar gue bisa duduk sama Felia lagi, dong?" tanya Gading dengan semangat.

"Hanna pengennya duduk sama Felia," jawab Regan tidak peduli sembari terus menatap ponselnya.

"Loh, kenapa?" tanya Gading dengan nada sarat akan kecewa.

"Lo belum baikan, ya?" tanya Farrel penuh selidik.

Regan melirik temannya sekilas, kemudian kembali fokus pada ponselnya, tidak berniat menjawab.

"Tumben-tumbenan kalian marahan awet banget?" tanya Vicky sembari mengeluarkan minuman yang ia bawa dalam keresek.

"Masalahnya tuh karena apa sih?" tanya Farrel lagi, penasaran.

HannaDonde viven las historias. Descúbrelo ahora