tiga puluh

28.9K 2K 87
                                    

"Udahkan? Gak marah lagi?"

Hanna menoleh ke arah Regan yang tengah mengemudikan mobilnya.

"Gue gak marah, kok," jawab Hanna kemudian kembali mengalihkan pandangannya ke arah jalanan di depannya.

Keduanya kini tengah berada di mobil, mereka memutuskan pulang setelah makan malam bersama dan berbincang singkat di ruang tengah.

Tak banyak yang dibahas, hanya basa-basi yang membahas mengenai kondisi perusahaan kedua keluarga juga obrolan ringan mengenai sekolah Regan dan juga Hanna.

Singkatnya pembahasan kondisi perusahaan yang dibahas saat berkumpulnya mereka tadi adalah soal perusahaan manufaktur milik Sutedja tahun lalu baru saja mendirikan cabang barunya di luar pulau.

Tahun ini, secara mendadak Garka mendirikan cabang baru lagi namun lokasinya berada di pulau jawa. Bedanya cabang baru yang dibangun atas ide Garka ini ada pada kerjasama perusahaan dengan perusahaan asing yang juga bergerak di bidang yang sama.

Renata menjelaskan bahwa selama pendirian cabang baru ini, Garka begitu disibukkan dengan banyak acara dan kegiatan untuk memastikan cabang baru ini berhasil.

Hasilnya sesuai harapan Renata juga Abimana, cabang baru ini berhasil menarik pasar khususnya dari kalangan atas dan menaikkan profit perusahaan induk.

Sedang mengenai kondisi perusahaan Widjaja, tak banyak dijelaskan oleh Regan.

Ia hanya menjelaskan bahwa belum ada rencana membuka cabang baru dari perusahaannya. Namun, tahun ini Widjaja lebih berfokus untuk meningkatkan mutu pelayanan dan menaikkan bintang beberapa hotel khususnya yang ada di pulau Bali.

Hanna tentu hanya menyimak, ia tidak tahu pembahasan itu. Namun, melihat betapa hangat dan harmonisnya suasana tersebut membuat hatinya puas.

Regan hanya melirik sekilas ke arah Hanna.

Selalu begitu.

Jika gadis itu marah, lalu amarahnya reda. Selalu begitu jawabannya ketika ditanya lagi.

"Kok Gading bisa kecelakaan? Gimana ceritanya?" Hanna bertanya lagi sembari menoleh ke arah Regan dengan raut penasaran.

"Kemarin dia bolos itu ternyata mau nyamperin temen masa kecilnya di Bandara. Eh, malah keserempet angkot dianya," Regan menjawab tanpa menoleh sedikitpun ke arah Hanna, ia fokus memperhatikan jalan.

Sedang Hanna yang mendengar penjelasan Regan tiba-tiba merasa was-was.

"Temen masa kecilnya cewek?" wajah Hanna begitu serius, takut-takut jawaban Regan sesuai dengan ekspektasinya.

"Kok lo tau?" Regan menoleh, sedikit penasaran bagaimana gadis di sampingnya itu tahu bahwa teman masa kecil Gading adalah perempuan.

"Jadi bener?" Hanna memasang wajah syok.

Perasaannya tidak tenang.

Ia jadi membayangkan bagaimana perasaan Felia saat tahu fakta ini.

"Heem. Cantik anaknya," wajah syok Hanna semakin tidak karuan mendengar penuturan Regan.

"Kok lo tahu kalo anaknya cantik? Udah pernah ketemu?" Hanna menatap penuh selidik Regan yang malah tersenyum tipis.

"Kemarin pas gue balik ke Rumah Sakit malem-malem, temennya itu ngejagain Gading sama yang lain."

Mulut Hanna terbuka lebar mendengar jawaban dari Regan. Tidak menyangka dengan apa yang ia dengar.

Bagaimana bisa Gading yang setahunya dekat dengan Felia ini kecelakaan ketika akan menjemput cewek lain yang merupakan teman masa kecilnya?

Hannaحيث تعيش القصص. اكتشف الآن