tiga puluh satu

24.2K 1.7K 86
                                    

Suara musik berdentum kencang disertai dengan sorotan lampu berbagai warna memenuhi ruangan.

Cakra yang tengah menggerakkan tubuhnya sesuai dengan irama musik yang terdengar bersama dengan beberapa gadis di sebelahnya harus menyudahi kegiatannya saat kedua mata tajamnya menangkap sosok yang familiar.

Keningnya berkerut samar, sudut bibirnya naik sebelah saat menyadari bahwa sosok yang ia lihat memang benar sosok yang menarik perhatiannya beberapa hari lalu.

"Sebentar, ya. Haus!" pamitnya pada beberapa gadis yang sempat berjoget bersamanya. Ia melemparkan kedipan sebelah mata sebelum akhirnya benar-benar menjauh.

"Mau kemana, bro?" Cakra yang sudah memfokuskan pandangan pada sosok di kursi bar menoleh ketika pundaknya ditepuk.

"Minum. Haus," jawabnya sembari memegangi lehernya dan tersenyum lebar.

Langkahnya kembali diayunkan mendekat ke arah meja bar.

"Vodka," Cakra bersuara sembari memberi kode angka satu kepada bartender begitu ia sampai di depan meja bar dan duduk di salah satu kursi yang kosong.

"Eh, Hanna?"

Hanna yang merasa namanya dipanggil menoleh, matanya sedikit melebar saat melihat sosok Cakra duduk tepat di sampingnya.

"Lo ngapain di sini?"

"Ini tempat umum, Han. Wajar dong gue ada di sini? Orang kita juga pertama kali ketemu di sini, kan?" Cakra tersenyum manis menatap Hanna, berharap senyumnya dapat memikat Hanna.

Wajah Hanna mengerut, ia segera membuang muka dan meneguk gelas wine yang ada di depannya.

"Lo mau turun gak, Fel?" Hanna menoleh menatap Felia.

"Nanti," jawab Felia sembari beralih meneguk minuman miliknya.

Hanna mendekatkan tubuhnya pada Felia, mulutnya bergerak tepat di dekat telinga gadis itu.

"Gue sebenernya pengen banget nemenin lo di sini. Tapi...," Hanna menjauhkan tubuhnya dan melirik singkat ke arah dimana Cakra duduk.

Felia yang paham apa maksud sahabatnya itu mengangguk singkat.

"Iya, duluan aja. Ntar gue nyusul."

"Oke, duluan!"

Hanna beranjak dari duduknya, hendak melangkah menjauh namun harus terurungkan karena cekalan seseorang.

"Kenapa?" tanya Hanna sedikit sewot sembari menepis tangan Cakra.

Ya, Cakra yang mencekal tangannya entah ada apa.

"Lo mau kemana?" tanya Cakra penasaran. "Temenin gue di sini aja."

"Ogah. Minta temenin noh sama mas-mas Bartender. Jangan sama gue!" Hanna segera melangkah menjauh setelah menjawab.

Tubuh kecilnya bergabung dengan tubuh-tubuh yang lain di lantai dansa.

Cakra yang mendapat balasan sewot sedikit terkejut. Tidak menyangka akan mendapatkan respon seperti itu dari seorang gadis.

Karena hampir semua gadis yang mendapat perhatian dan perlakuan baik darinya akan selalu merespon dengan baik pula. Bahkan tak jarang semakin manja dan menempel padanya.

Tentu saja karena ia tahu bagaimana cara memperlakukan perempuan.

Makanya, ia disebut Playboy-nya Trisatya.

Cakra segera meneguk gelas minumannya yang baru saja disajikan oleh Bartender.

Setelahnya, ia tersenyum miring dan mulai beranjak dari duduknya.

HannaKde žijí příběhy. Začni objevovat