lima belas

40.9K 2.9K 88
                                    

"Wihh, makan makan!"

Hanna menepuk beberapa kali kedua tangannya saat pesanan nasi goreng miliknya dan Felia datang.

"Minumnya, Buk?" tanya Hanna sembari menatap salah satu penjual di kantin yang mengantarkan makanannya.

"Oh iya, minumnya apa tadi?" seolah diingatkan, Ibu kantin itu bertanya.

"Es Jeruk dua."

"Oke, sebentar ya!"

Ibu kantin itu beranjak pergi kembali ke tempat jualannya. Mungkin untuk membuatkan pesanan minumannya yang terlupakan.

"Eh, itu Agis sama Adelio, kan?" ucapan Felia menarik atensi gadis itu untuk menoleh ke arahnya sebelum menatap ke arah yang sama.

"Oh iya. Kayaknya bingung tempat duduk," sahut Hanna yang mendapati kedua sosok beda kelamin itu menoleh-noleh bingung.

Memang kantin saat jam istirahat pertama itu ramai bukan main. Tadi jika saja Hanna dan Felia tidak lari tunggang langgang menuju kantin, mungkin keduanya bernasib sama seperti dua insan itu.

"Ajak gabung ke sini, gapapa, kan?" Hanna menoleh menatap Felia meminta pendapat.

"Iya, ajak aja. Kasian," Felia mengangguk.

Hanna mengalihkan pandangannya ke arah Agita dan Adelio. Kemudian mengangkat tangannya tinggi-tinggi sembari berteriak.

"Agis! Lio! Sini!" tangannya melambai memberi kode agar mendekat ketika kedua sosok itu menoleh menatapnya.

Agista dan Adelio tampak saling bertukar pandangan, sebelum akhirnya mendekat.

"Duduk sini aja. Kita cuma berdua kok," Hanna tersenyum ramah.

"Beneran, gapapa?"

"Iya, gapapa. Duduk aja!" Agista dan Adelio akhirnya mendudukkan tubuhnya di hadapan Felia dan Hanna.

"Kalian udah pesen?" tanya Hanna membuka topik obrolan.

"Udah, kok. Tadi tinggal cari tempat duduk, penuh semua," jawab Agista yang diakhiri dengan keluhan.

"Iya, rame banget. Tadi kalo gue sama Felia gak lari-lari, kayaknya juga gak bakal dapet. Ya kan, Fel?" Hanna menoleh sekilas ke arah Felia.

"Iya, kebetulan tadi pelajaran terakhir cuma ngerjain tugas. Jadi bisa ditinggal lari duluan ke kantin," Felia menyahut, kemudian diakhir dengan kekehan pelan begitu juga Hanna yang tertawa pelan.

Di sela-sela obrolan mereka, Ibu kantin yang tadi mengantarkan nasi goreng kembali datang dengan dua gelas es jeruk.

"Ini ya, minumannya. Maaf, Ibu tadi kelupaan," ucapnya dengan cengiran.

"Gapapa, Bu. Yang penting kan abis itu dibikinin," jawab Hanna maklum dengan senyuman manis.

Ibu kantin itu akhirnya pergi kembali ke tempatnya jualan.

Agista menoleh ke arah Adelio yang intens menatap Hanna. Sudut bibirnya naik sebelah kemudian sikunya menyenggol lengan cowok itu.

Adelio yang mendapatkan sikutan itu menoleh, kemudian menaikkan alisnya dengan bibir yang mengkeret hingga menampilkan lesung pipinya.

"Biasa aja," bisik Agista yang sedikit mendekatkan tubuhnya ke cowok itu.

Wajah Adelio memerah, membuat Agista semakin tidak bisa menahan senyumnya.

Hanna yang melihat interaksi keduanya itu melebarkan matanya dan membuang mukanya. Entah apa yang akan terjadi jika Regan sudah bucin pada Agista melihat adegan itu.

HannaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang