dua

59.6K 4.2K 34
                                    

Mata yang tertutup itu perlahan terbuka. Berkedip beberapa kali sebelum bergerak memindai sekitarnya.

Keningnya berkerut merasa asing dengan pemandangan yang dilihatnya.

Ruangan yang tampak sangat luas itu jelas bukan rumahnya. Apa ia di rumah sakit?

Matanya bergerak lagi, melirik ke arah perutnya yang terasa berat. Kelopak matanya melebar menemukan tangan besar melingkar di sana.

Selimut tebal berwarna abu-abu itu bukti jelas bahwa ia tidak tengah berada di rumah sakit. Apalagi tangan besar yang melingkar itu.

Mana ada pasien yang tidur bersama pasien lain atau orang lain dalam satu ranjang.

Gadis itu beringsut menjauh saat menyadari bahwa ada sebuah kepala yang berada tepat di samping kepalanya.

Dengan perlahan, gadis itu mencoba melepaskan lingkaran tangan besar itu dari perutnya.

Ia ingin segera keluar dari ruangan ini, untuk pulang.

Entah ia sedang berada dimana, bagaimana pula ia bisa berada di satu ruangan yang sama dengan orang asing. Yang jelas ia harus segera pulang.

Berhasil melepaskan lingkaran tangan besar itu, ia segera menyingkap selimut dan memutar tubuhnya sembari mengubah posisinya menjadi duduk sambil menurunkan kakinya dari ranjang.

Baru hendak berdiri, gerakan di belakang dan juga tangan besar yang kembali melingkari pinggangnya membuat gadis itu membeku.

"Mau kemana, Sayang?"

Suara berat dan serak itu membuat bulu kuduknya merinding. Lalu, apalagi tadi? Sayang?

Sungguh, ia merinding bukan main.

Siapa sebenarnya orang ini?

Kenapa bisa ia berada satu ruangan dengannya?

"Eh, maaf. Kayaknya salah orang deh, Mas," sahutnya sembari berusaha melepas lingkaran tangan itu.

Suara gesekan selimut terdengar. Bukannya terlepas, tangan itu melilit pada tubuhnya semakin kencang.

Tubuh kecil itu menegang ketika merasakan geli di ceruk lehernya berkat hembusan nafas sosok di belakangnya.

"Lo kenapa, sih? Masih ngambek gara-gara gue teler kemarin?"

"Mas, sumpah deh. Kayaknya lo salah orang," dengan susah payah, ia berusaha melepaskan pelukan itu. Ia sungguh merasa risih.

"Salah orang apa sih maksud lo?" sosok itu melepaskan pelukannya, memutar tubuh gadis di depannya, hingga keduanya berhadapan.

Kayla yang melihat wajah rupawan sosok di depannya mematung. Matanya turun ke bawah, dengan susah payah ia menelan salivanya saat melihat dada bidang dan perut kotak-kotak yang terpampang jelas di depannya.

"Jelas-jelas lo Hanna tunangan gue kok," perkataan cowok itu selanjutnya membuat Kayla kembali menatap wajah rupawan itu dengan wajah melongo.

"Ha? Tunangan?" tanyanya skeptis.

Sejak kapan ia punya tunangan? Jangankan tunangan, pacar saja hanya para cowok fiksi.

"Kenapa sih, Han? Lo aneh tau gak?"

Dengan malas sosok itu kembali merebahkan tubuhnya. Tangan besarnya itu ia lingkarkan pada pinggang gadis di sampingnya yang masih duduk.

Kayla menatap bingung sosok yang telah menenggelamkan wajahnya pada gumpalan selimut.

"Mas, lo kayaknya masih kena efek teler deh. Gue bukan tunangan lo, lo salah orang," Kayla melepaskan tangan besar cowok itu.

Ia segera bangkit dari posisinya, dan beralih melangkah menuju pintu berniat keluar dari ruangan itu.

HannaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang