dua puluh sembilan

23.6K 2K 83
                                    

"Halo, Ma?"

Regan membuka suara setelah terdengar suara panggilan yang tersambung.

"Iya, halo, Nak Regan. Ada apa?" suara di seberang sana terdengar menyahut.

"Mama sama Papa nanti malem ada acara?"

"Enggak kayaknya. Ada apa, ya?" balas suara di seberang sana lagi setelah cukup lama hening.

"Regan sama Hanna mau ke rumah Mama sama Papa. Buat makan malem aja, apa bisa, Ma?"

Regan menghela nafas tanpa suara mengetahui pertanyaannya lagi-lagi tak langsung dijawab.

"Kenapa ke sini? Apa ada perlu?"

"Enggak, Ma. Hanna cuma pengen ketemu Mama sama Papa aja. Katanya kangen," jawab Regan berusaha menggunakan nada seramah mungkin meski wajahnya telah menunjukkan kemalasan.

"Oh gitu. Iya, ke sini aja. Nanti biar dimasakin makanan kesukaan Hanna sama kamu, ya?"

"Regan ikut Mama aja," Regan berusaha tertawa senatural mungkin meski wajahnya datar.

"Haha, iya. Apa ada lagi, Nak?"

"Udah, gitu aja, Ma. Regan cuma mau ngomong itu aja."

"Oke oke. Udah jam segini, gak sekolah?"

"Iya, Ma. Ini mau sarapan dulu sama Hanna."

"Iya iya, sana sarapan dulu. Nanti telat lagi kalian."

"Iya, Ma. Regan tutup ya?"

"Iya, iya. Tutup aja."

Tut.

Regan menghela nafas berat.

Ia tidak paham, kenapa Hanna masih saja ingin kembali berkunjung ke rumah itu dan bertemu dengan orang tuanya.

Ia yang bukan anak mereka dan bukan juga Hanna saja merasa muak hanya dengan mendengar suaranya.

Kenapa?

Kenapa Hannanya begitu naif?

Tidak ingin membuang waktu terlalu lama, Regan segera meraih tas hitamnya dan keluar dari kamar.

Langkah kakinya ia arahkan menuju lantai satu, lebih jelasnya menuju ruang makan.

Di sana, Hanna telah duduk manis memainkan ponselnya sembari menunggu sarapannya siap.

Sedikit ragu, tapi Regan tetap memutuskan untuk mendekat dan duduk di kursi yang berhadapan dengan Hanna.

Seolah kasat mata, Hanna bahkan tidak mendongak ataupun melirik ke arahnya sedikitpun.

Tak lama, Bi Yanti datang membawakan menu sarapan untuk keduanya.

Suara dentingan alat makan terdengar memenuhi meja makan. Tidak ada percakapan sama sekali sejak dua kursi di meja makan itu terisi.

Kecanggungan melingkupi keduanya.

Jelas ini efek pertengkaran kemarin.

Setelah pertengkaran keduanya kemarin, Regan memilih kembali ke kamarnya. Merenungkan segala perilaku dan tindakannya yang mungkin saja salah sehingga membuat Hanna marah.

Makan malam kemarin pun Regan hanya sendirian, Hanna tidak turun. Ia juga tak ingin mengganggunya untuk sementara waktu.

Cowok itu akhirnya memutuskan untuk kembali ke rumah sakit tempat Gading dirawat, menemui teman-temannya.

Baru pagi ini, ia melihat sosok Hanna lagi setelah pertengkaran keduanya.

"Han."

Trang!

HannaHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin