1: Zaman Now with 'Kolot' Mindset

64.1K 4.4K 112
                                    

Kehadiran pasangan, entah itu calon seumur hidup atau calon seumur jagung, begitu penting di mata semua orang yang berusia kurang lebih sama dengannya, early to middle 20s.

- Author to Ankara

***

Arvi menengok jam di pergelangan tangannya dengan gelisah. Jarum panjang mulai bergerak mendekat ke angka sebelas, lalu dua belas, kembali lagi ke angka satu, sampai mendekati jarum pendek yang bertengger di angka lima. Hitungan detik sudah berubah menjadi menit, sampai jam mulai berganti. Yang dinanti tidak kunjung muncul...

Sudah berulang kali, Arvi menghubungi sosok yang ditunggu. Namun ponselnya tidak kunjung dijawab. Padahal, Arvi sudah mengingatkan sejak semalam kepadanya untuk datang lebih cepat. Say no to jam karet please!

"Errgghh tuh anak beneran iya jemput gue apa kagak sih? Lama bet dah ihhh!!" Gerutu Arvi sembari menggerakkan kedua jempolnya dengan cepat di atas tombol layar sentuhnya.

Arvia NS
Lu dimana dah?
Jadi ga jemput gue??
Gue kering nunggu lo jir!!

Tidak ada balasan juga. Tanda Read juga belum muncul di sisi kiri teks yang baru saja Arvi kirim.

Arvi kembali menghubunginya melalui telepon. Dua kali. Tidak juga diangkat. Dia kembali mengetik di ruang obrolannya kepada yang dituju.

Arvia NS
Woyyyyy
Bales kek
Lu dimana dah???
Jam brp coba iniii
P
P
P
P

Pesan yang dikirim Arvi masih belum dibaca. Bahkan pesan yang tadi sebelumnya belum pula terbaca.

Arvia NS
Karaaaaaa!!!!!

Barulah pesan yang sejak tadi terkirim berganti status. Tidak lama setelah itu muncul balasan dari lawan bicaranya.

Karaaaa
BAWEL BET DAH LUUU
Ntr lg nyampe. Kalem.
Nihhh

Tin! Tin!

Sosok yang sejak tadi Arvi tunggu tiba. Dia langsung bergegas mengenakan sepatu hak tinggi, mengambil tas yang sudah disiapkan, tidak lupa mematut diri, untuk sekian kali, di kaca sambil memastikan segalanya sudah oke. Tidak ada yang kurang.

Keluar dari rumah, Arvi langsung disambut oleh Kara, dengan mobil merah terang yang mencrang sampai Arvi dibuat buta karenanya.

Oke lebay.

Seakan sepatu hak tinggi bukan penghalangnya, Arvi bergegas mendekati pagar, membuka lalu menutup dengan cekatan, sisa tenaga dia habiskan untuk berlari menuju pintu samping kemudi, membukanya...

"Raaa kenapa lama banget siiihhhh!!"

Omelan Arvi langsung memenuhi pelosok mobil Kara yang kecil. Bukan sapaan manis yang didapat, Kara malah mendapat omelan sebagai pembuka.

"Astagaaaaa!!! Nggak usah teriak-teriak heboh gitu dong, Ar! Gue dengerrr kaleeee!!!" Kara membalasnya tidak kalah kencang. Suaranya lantang terdengar hingga gendang telinga Arvi. Bahkan mengalahkan pemutar musik yang Kara setel di mobilnya.

"Iye, iyeee!" Arvi sudah siap dengan dandan kondangannya ketika Kara datang dengan mobilnya. Sahabat Kara langsung masuk mengambil kursi sebelah kemudi, mengencangkan sabuk pengaman, lalu... "Let's Go!!"

Kejar TenggatWhere stories live. Discover now