5: Kebetulan apa Takdir?

37.1K 3.4K 44
                                    

Senin bagi semua orang yang punya aktivitas merupakan hari yang sangat menyebalkan. Bagi Kara, Senin merupakan hari yang membuatnya bahagia. Biasanya.

Aneh bukan?

Apa Kara tidak waras?

Hemm. Sepertinya tidak.

Mari kita kembali lagi. Melihat ke satu momen yang belum tuntas diperlihatkan. Hari Sabtu kala itu.

***

"Kamu mau nggak jadi pacarku?"

Kara mematung. Tegang. Itu kali pertama Kara ditembak seseorang. Seumur hidupnya di dunia, 24 tahun.

"Hah?" Hanya itu yang bisa Kara ucapkan.

"Aku tahu ini aneh, tapi aku ngerasa kita deket banget. Seperti semesta meminta kita untuk bersatu, secepatnya. Kamu ngerasa gitu juga nggak sih?"

Terbukti dari ucapannya, Kara menganggap Zafran memang terlalu percaya diri. Narsis luar biasa.

"Jujur sih kak, aku nggak biasa sama orang baru. Ini kali pertama aku mengenal kakak, dan sepertinya kakak terlalu jauh mikir ke depan. I don't feel the same way you feel toward me." Tapi tidak memungkiri juga kalau aku ngerasa cocok sama kakak. Tambah Kara dalam hati. Dia sengaja tidak mengatakannya secara langsung.

Zafran tersenyum. "Gapapa. Kita bisa mulai dari awal kok." Zafran mengulurkan tangannya. "Kenalkan, aku Alzafran Putra Malik. Panggil Zafran aja."

Kara meraih uluran tangan Zafran. "Ankara Putri Azalea. Kara." Balas Kara seraya melempar senyum seadanya.

***

"Ra? Raaaa?? ANKARA!"

Kara tersentak. Sudah berapa lama dia melamun sampai Vira, rekan kerjanya, meneriakkan namanya?

"Kenapa Vir? Ada pesanan yang salah quantity? Anak marketing ada keluhan lagi?" Serentetan pertanyaan Kara menunjukkan kalau dia barusan tidak menginjak bumi. Pikirannya melayang kembali ke waktu yang sudah terlewat. Vira hanya bisa geleng-geleng kepala.

"Ngelamunin apaan sih? Kamu tau nggak sekarang udah jam makan siang? Mau makan bareng nggak?" Ajak Vira mengulang lagi kata-katanya yang tidak didengar Kara.

"Udah jam makan siang Vir? Kok bisa? Kayaknya baru masuk tadi." Kara mengoceh sambil membereskan meja kerjanya.

"Yeeeyy ngaco nih. Udah jelas kita duduk bengong dari jam sembilan sampai dua belas kurang sepuluh. Yuk makan!"

Kara menggeleng. "Duluan aja Vir, aku kayaknya di meja aja. Bawa bekel."

"Oke deh. Makan dulu ya Ra!" Vira pamit bersama beberapa karyawan lainnya keluar ruangan. Tinggal Kara dan satu petugas gudang yang bergantian menjaga gudang.

Kara terbiasa menjadi kuncen di kala perusahaan penerbitan tempatnya bekerja masuk jam istirahat. Alasannya simpel. Kara tidak ingin membuang waktu istirahatnya yang berharga begitu saja. Dia menggunakan waktu kosongnya itu dengan belajar untuk mengambil program pascasarjana sambil makan siang. Kalau tidak, Kara akan menghabiskan waktu kosongnya dengan streaming drama Korea.

Tapi hari ini berbeda. Senin kali ini, Kara tidak bernafsu membuka buku persiapan tes. Laptop juga dalam keadaan mati, belum dibuka sejak datang ke kantor. Kara kembali melanjutkan lamunannya sambil menyantap makan siang yang disiapkan Bunda untuknya.

Kejar TenggatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang