3: Di Luar Rencana

37.9K 4K 61
                                    

Kara bukan tipikal perempuan yang gampang jatuh cinta, sekalipun lelaki itu tipe kesukaan Kara.

Terlihat dari rekornya yang belum berpacaran dalam seumur hidupnya, keteguhan hati Kara dalam memilih pasangan patut diacungi jempol. Meskipun banyak orang yang mengira kalau Kara susah didekati karena terlalu jual mahal, Kara punya prinsip akan menjalin hubungan serius jika ada lelaki yang serius ingin mendekatinya. Itupun dengan lelaki yang Kara kenal.

Tapi lelaki ini? Zafran? Kara bahkan baru mengenal namanya berkat Arvi. Dia tidak tahu latar belakangnya, kehidupannya, siapa temannya, bahkan diri laki-laki itu saja baru kenal. Melihat sosoknya sekali lagi secara seksama, ini bukan kali pertama karena Kara ingat pernah bertemu dengannya secara tidak sengaja. Di Oasis.

Kualatkah Kara karena berbohong pada teman-teman demi menghindari pertanyaan kapan punya pasangan?

Bisa jadi.

Ini kebetulan yang sangat terencana. Terlalu sempurna. Bohong soal pasangan, Kara mengaku-ngaku punya pacar bernama Zafran, persis mengambil nama tamu yang dia lihat sebelumnya di meja tamu. Saat Kara berada dalam posisi terjepit, lelaki yang sejak tadi mencuri perhatian Kara datang menyelamatkan muka Kara dan merangkulnya layaknya kekasih. Sialnya, nama lelaki itu sama persis dengan nama yang dia sebut.

Entah lelaki itu punya kekuatan super dalam menguping pembicaraan atau radar yang mampu mendeteksi nama Zafran disebut orang lain. Demi apapun itu, Kara merasa hari ini dia sedang dipermainkan karena kebohongannya.

Dan Tuhan membuat kebohongannya menjadi sebuah doa. Semua sketsa yang terjadi saat ini bukanlah rekayasa yang dia rencanakan. Apalagi setelah melihat reaksi sahabatnya, Arvi, yang mengaku kenal dengan Zafran melalui pacar barunya.

"Bagas, cowok lo, kenal sama dia?" Gumam Kara terkejut mendengar fakta terbaru itu. Dia tidak pernah mengira kalau Zafran tidak sepenuhnya asing. Zafran mengenal sosok yang selama ini Kara kenal dekat. Setidaknya, itu yang Kara tangkap dari gelagat Arvi.

Arvi mengangguk. "Iya. Kenal baik malah. Gue pernah ketemu sama Zafran. Dikenalin Bagas soalnya. Kan Bagas juga temen SMAnya Adi Indraja."

Zafran menatap ramah Arvi. "Kita ketemu lagi ya, Vi. Nggak nyangka juga aku, kamu kenal Kara rupanya."

Kara sedikit bereaksi mendengar cara Zafran menggunakan aku-kamu, bukannya gue-elo. Reaksinya mungkin tidak terdengar oleh teman-temannya yang lain, termasuk Zafran. Kara agak gatal untuk mengeluarkan sedikit tawa yang coba ditahan. Kara harap Zafran tidak mendengar tawa Kara.

Arvi tertawa. "Bukan sekedar kenal, gue teman dekatnya Kara dari SMP!"

Melihat Arvi berbincang akrab dengan Zafran, Gladys cs, yang dari tadi diam melongo menyaksikan, mulai berbisik-bisik tidak sedap. Apalagi kalo bukan gosip. Sudah menjadi rahasia umum kalau Arvi punya segudang mantan di luar sana sejak SMP. Kara, sebagai saksi hidup perjalanan Arvi dari SMP hingga detik ini, bahkan mengenal beberapa mantan Arvi dengan baik. Herannya, mantan-mantan Arvi jarang sekali cari ribut. Apalagi sampai menuntut Arvi untuk tanggung jawab karena menghancurkan hati mereka berkeping-keping. Putusnya Arvi dengan para mantan juga tidak sampai menimbulkan masalah besar yang dapat mempengaruhi kredibilitas seorang Arvi dalam menggaet pacar.

"Kalo aku tau kalian sahabatan dari SMP, aku harusnya nggak perlu susah payah untuk ngedapetin Kara dong." Zafran menimpali sambil menyeringai.

Kara langsung bergedik ngeri selagi teman-temannya, termasuk Arvi, ber-cie ria menggoda Kara.

"Deeuuhh Kara mantap deh nyari cowoknya! Sekali tangkap, dapatnya yang sweet begini!"

"Love life Kara tuh berasa kayak romantic comedy drama Koreyah ala Indonesia punya gengs!"

Kejar TenggatWhere stories live. Discover now