23: Sudah Siap? Yakin?

22.6K 2.3K 36
                                    

Happy reading 😊

=======================
Kalau mau ke tahap selanjutnya, ya aku harus siap-siap. Tempat tinggal, finansial, hati, juga calonnya.

- A -
======================

Super luas dan masih tampak lengang.

Gambaran apartemen Zafran dari sudut pandang Kara, yang letaknya rupanya tidak jauh dari rumah sakit Bunda. Berada di lantai teratas, yang satu lantai hanya ditempati untuk dua penghuni apartemen saja. Luas, karena terdiri dari tiga kamar tidur. Belum lagi, pemandangan malam kota Bandung yang tampak dari ruang santai apartemen Zafran. Sungguh indah.

"Santai aja Ra, anggap rumah sendiri." Sahut Zafran sambil melepas jaketnya dan menghilang sejenak ke salah satu pintu kamar.

Akhirnya Kara mengiyakan usulan Zafran dengan alasan apartemen Zafran lebih dekat daripada rumahnya. Ditambah lagi, dia butuh kendaraan. Bukannya meminta kunci mobil Ayahnya, Kara malah mengiyakan usul Zafran untuk menginap semalam di apartemennya.

"Kok kosong banget?" Komentar Kara setelah melihat sekilas apartemen Zafran. Zafran baru saja keluar setelah mengganti pakaian formalnya dengan baju rumah yang lebih nyaman.

"Habisnya jarang pulang ke sini setelah beli. Lebih banyak di kafe sama tempat lain."

"Tempat lain?" Ulang Kara tidak mengerti.

"Rumahnya Dennis, artis kesukaan kamu. Aku biasa nginap di sana." Jawab Zafran santai.

"Ooohh. Berarti jarang nginep di sini dong? Keliatan rapi banget dan sedikit berdebu." Kara sempat menangkap beberapa partikel debu yang menempel di end table sebelah sofabed.

Zafran malah nyengir. "Kan tadi aku udah bilang, sayang."

"Jangan panggil sayang, bisa kan?" Kara menekankan kata 'sayang'.

"Iya ya, maaf," Zafran nyengir kuda. Diapun mengajak Kara untuk duduk di sofabed dominan cokelat susu. Mereka duduk berdekatan namun tidak saling rangkul. Zafran sibuk memainkan jemarinya.

"Dennis itu tinggalnya sendirian sejak adiknya lanjut kuliah di Amrik dan tinggal bareng kakak perempuannya."

"Kenapa Dennis nggak diajak tinggal bareng Abang aja? Atau Abang beneran menetap di sana aja, daripada beli apartemen tapi nggak dipakai."

Zafran langsung menggeleng. "Dennis paling nggak bisa tinggal di apartemen setinggi ini. Apalagi dengan jendela sebesar yang kamu liat, tanpa beranda. Yang ada dia panik." Jawab Zafran menjelaskan ketakutan Dennis akan tempat tinggi.

"Ohh." Kara hanya bisa membalas singkat. Dia baru tahu soal itu.

"Dan soal apartemen ini," lanjut Zafran, "aku beli buat masa depan aku sama calon istri yang minggu lalu aku lamar." Zafran menutupnya sambil berseri jahil ke arah Kara. "Nggak mungkin kan kalau aku bawa calon istriku nanti tinggal sama artis favoritnya. Kalo calon istriku itu selingkuh sama idolanya, aku bagaimana?" Tambah Zafran pura-pura khawatir.

Menggelikan. Namun Kara sudah bisa merasakan pipinya panas karena ucapan sok manis Zafran. Wajahnya sudah kepalang basah terlihat merona di mata Zafran mungkin.

"Duh kejauhan banget sih mikirnya," gumam Kara pelan. Namun terlanjur Zafran dengar. Lelaki itu malah nyengir.

"Harus dong. Kalau mau ke tahap selanjutnya, ya aku harus siap-siap. Tempat tinggal, finansial, hati, juga calonnya. Kalau sudah nikah terus punya anak, nanti aku pikirkan lagi deh untuk pindah ke rumah. Sekarang baru bisa kebeli apartemen. Rumah harganya lumayan loh."

Kejar TenggatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang