11: Untuk yang Pertama

26K 2.4K 55
                                    

Suasana kedai kopi lokal daerah Naripan tampak sepi setelah jam makan siang berakhir. Begitu Arvia menjemputnya di kantor, Kara sengaja mengajak sahabatnya makan siang di daerah yang jauh dari kantor. Lagipula, Kara tidak begitu sibuk. Pekerjaannya tengah senggang. Belum ada buku baru dari percetakan yang harus dia kenalkan pada relasi. Atasannya juga sedang ke luar kota untuk mengunjungi relasi yang pembayarannya macet bersama tim marketing.

Untungnya, keadaan juga mendukungnya untuk keluar kantor lebih awal tanpa harus menggunakan jatah cuti. Vira, yang sedang berbaik hati, mau saja mengambil alih pekerjaannya setelah jam makan siang secara sukarela. Katanya, demi menghabiskan waktu lebih banyak di kantor yang akan Vira tinggalkan dalam waktu dekat. Kara juga sedang menghindari sosok Raka yang semakin sering menggodanya pasca-kedatangan Zafran, yang kebetulan tengah menghabiskan banyak waktu di kantor. Mengingat isi gombalannya saja, Kara langsung merinding geli. Hiiihh. Raka semakin membuat Kara ilfil.

Belum lagi, dirinya mulai bersiap untuk mengundurkan diri dari pekerjaannya. Ini merupakan masa-masa Kara mulai terserang malas untuk mengerjakan kewajibannya sebagai pegawai di perusahaan. Mau sesuka apapun Kara dengan pekerjaannya, bosan bisa saja menyerang dan membuatnya berubah pikiran.

Kara dan Arvia menghabiskan waktu makan siangnya di tempat ini. Setelah makan, mereka langsung lanjut memesan kopi dan cemilan untuk menemani mereka berbincang santai di sore hari.

"Gue tahu kok, elo sama Zafran cuman bohongan."

Kalimat pertama yang keluar dari mulut Arvia setelah Kara menceritakan panjang lebar kisahnya dengan Zafran yang sesungguhnya. Kara sungguh tidak menyangka kalau sahabatnya itu sudah menyadari hubungannya dengan Zafran tidak sebenarnya.

"Dan... elo nggak bilang gue soal elo tahu hubungan gue sama Zafran dari awal?" Kara tidak percaya dengan pendengarannya.

Arvia mengangguk. Tangannya meraih cangkir kopi yang tidak lagi penuh, meneguknya, lalu meletakkannya lagi. Lidahnya menyecap rasa asam, pahit, dan sedikit manis, setelah cairan itu masuk.

"Itu kali pertama gue melihat elo bisa sedekat itu sama cowok, yang PERTAMA KALI elo jumpai. Sebagai sahabat, gue biarin aja. Toh, ini pertama kalinya elo merasakan drama komedi romantis sungguhan di hidup lo bukan?"

Kara melengoskan tawa. Terdengar begitu sinis. "Oho, Arviana Nova Safitri. Elo sahabat gue apa bukan sih? Gue itu..."

"Nggak suka drama-dramaan. Anti drama-drama club. Iya kan?" Tebak Arvi langsung.

Kara menelan ludahnya, mengangguk. Arvi tahu benar kalau Kara paling tidak suka segala sesuatu yang dramatis, jika menyangkut kehidupannya. Itu juga termasuk alasan Kara mencari pacar di masa lalu, karena ingin menghindari siklus kenal-pdkt-jadian-berantem-putus-kenal yang baru dalam mencari pasangan demi kesenangan.

Sialnya, pertemuan dengan lelaki itu membuat merasa hari-harinya layaknya drama komedi berbumbu romantis dengan dirinya yang introvert dan minim pengalaman cinta sebagai aktris utama. Tinggal tambah sutradara dan kameramen saja, dan... voila! Drama komedi berbumbu romantis siap dipasarkan.

"Lagian Ra," Arvi kembali menyesap minumannya hingga tandas, lalu mengambil kentang goreng bumbu barbeque dengan tangannya yang lentik, "bukan gue yang mau merahasiakan ini. Bagas yang minta gue untuk nggak bilang soal kita berdua tahu mengenai hubungan pura-pura kalian."

Kara melotot tidak terima, "Dan elo terima aja?"

Arvi mengangguk, "He eh. Apalagi setelah Bagas cerita soal Zafran."

"Zafran?" Kara mendadak tertarik. Dia menopangkan dagunya di meja makan lalu berujar, "Cowok lo cerita apa aja soal Zafran? Gue pengen tahu."

"Hmmm," Arvi berpikir sejenak, kelihatan enggan untuk bicara. Matanya mengisyaratkan kalau Kara mungkin tidak akan menyukainya.

Kejar TenggatDonde viven las historias. Descúbrelo ahora