16: Sisa Memori Manis

22.9K 2.4K 48
                                    

Jangan lupa komen kalo suka
⭐-nya juga ya janlup hehehe 😂

============================

We need some time to think again. Even though, we need each other to comfort our insecurities.

- Ankara Putri Azalea

============================

Setelah jujur mengutarakan isi hati masing-masing, Kara kembali pulang ke rumah bersama Zafran. Selama perjalanan pulang, keduanya saling diam seolah membiarkan alunan musik Zafran menyindir suasana malam ini. Mulai dari It May Rain Sometime-nya Incognito, Singing in the Rain-nya Jamie Cullum, Silence of My Mind-nya Incognito, sampai beberapa lagu Barat yang menyinggung keadaan mereka dan Kara tidak tahu judulnya. Dia hanya mendengarkan lagu-lagu itu diputar dalam diam dan mata menutup rapat.

Waktu menunjukkan pukul sembilan malam hari. Masih terlalu dini untuk memejam mata, namun Kara merasa lelah hingga matanya terpejam nyenyak tanpa sadar. Kara baru membuka matanya setelah mobil Zafran berhenti tepat di depan rumah Kara. Zafran terlihat sibuk memainkan jemarinya di atas stir mobilnya.

"Udah nyampe ya?" Gumam Kara menggeliat di kursinya, merenggangkan punggung dan lengannya.

"Iya, baru aja." Zafran hanya menjawab singkat pertanyaan Kara, tanpa melihat Kara.

Perempuan itu baru sadar kalau dia tidak mengenakan sabuk pengaman. Jaket baseball yang dikenakan Zafran berpindah tempat, berada di atas perutnya.

Kapan jaketnya ada di pangkuannya?

Apa tidak bermimpi saat pipinya disentuh lembut oleh Zafran? Lalu, ucapan lirih yang dia dengar selagi matanya terpejam?

Apa yang dia rasakan itu sungguhan?

"Kamu... masih marah?"

Kara menggeleng. Terus terang, amarahnya menguap begitu saja setelah Zafran jujur mengungkap isi hatinya pada Kara.

"Kamu udah maafin aku?" Zafran kembali bertanya.

"Iya, aku maafin." Jawab Kara pendek. Dalam hati, Kara mengutuk tindakannya. Bisa-bisanya Kara membalas

Zafran langsung mengembuskan nafas lega.

"Tapi untuk membuat hubungan ini jadi sungguhan, aku masih belum bisa." Lanjut Kara lagi.

Zafran tidak mengatakan apa-apa.

"Maaf, tapi aku rasa tindakan kita untuk meresmikan hubungan ini terlalu terburu-buru." Ucap Kara lirih. Dia merasa hubungannya dengan Zafran terlalu dipaksakan. Apa hanya dia yang merasa demikian?

Zafran mengangguk paham. "Baiklah. Mungkin kita bisa mencoba hubungan kita dari awal?" Tawar Zafran.

Awalnya Kara diam, menimbang jawaban seperti apa yang harus Kara ucap. Kara kemudian membalas. Tidak menggunakan kata-kata yang menjurus salah satu kutub, mengiyakan atau menolak, Kara menjawab pertanyaan Zafran dengan diplomatis.

"Tapi aku nggak janji akan sama kakak, kalau hati aku bisa menerima kakak begitu aja. We need some time to think again. Even though, we need each other to comfort our insecurities."

Zafran mendadak beku saat Kara mengatakan dua kalimat berbahasa Inggris tadi. Kara ikut bingung dengan reaksi Zafran. Wajahnya menjadi tanpa ekspresi saat menatapnya.

Apa Kara salah ucap? Melihat reaksi Zafran yang tidak biasa, Kara memutuskan untuk turun dari mobil saja.

"Kalau begitu, aku--"

Kejar TenggatWhere stories live. Discover now