18 (#2): Membuka Diri

22.3K 2.4K 27
                                    

Lanjutan 18 (#1) yang tertunda
Happy reading 😁😁

Mulmed:
Maliq & D'Essentials - Mata Hati Telinga

====================================

Bukan masalah takdir, permintaan seseorang, atau kebetulan. Semua momen kamu sama dia selama waktu yang singkat mungkin fase yang harus kalian tempuh demi menemukan jawaban dari takdir Tuhan.

- Raka Aditya Suryana

======================================

Bicara dengan atasan sekaligus teman dari lelaki yang... Kara sendiri bingung mendefinisikan sebagai apa, membuatnya dilingkupi perasaan canggung yang tidak ada ujungnya. Tidak diduga, Putri malah menawarkan diri untuk mendengar keluh kesah Kara.

Kara sangat berterima kasih akan kepedulian Putri. Namun sepertinya, tidak perlu sampai mengandalkan Putri. Dia masih belum bisa lupa dengan kejadian kencan minggu lalu. Yang membuat Kara kesal sekesal-kesalnya karena Putri dan Kak Ai. Buntutnya, hubungan Kara dengan Zafran jadi renggang.

Sampai akhirnya, entah siapa yang sesungguhnya memulai lebih dulu, Kara dan Zafran menjaga jarak. Cukup membuat Kara resah karena dia mulai terbiasa dengan keberadaan Zafran beberapa waktu terakhir.

Iya. Kara mengakui kalau dirinya merasa kehilangan setelah beberapa hari tanpa gangguan Zafran. Dia merindukan sosoknya. Kadarnya tidak sedikit, tapi banyak.

Keluar dari ruangan Putri, Kara langsung menemukan sosok lain yang berdiri kaku di depan ruangan Putri.

"Loh, Raka?"

Raka berada dalam posisi yang sama sekali tidak mengenakkan. Ini bukan maunya untuk berdiri mematung di depan pintu atasannya sambil membawa makanan yang dia maksudkan untuk dua wanita yang memilih hilang dari acara perpisahan Vira. Sebagai satu-satunya yang menyadari, Raka berinisiatif untuk menghampiri mereka sekaligus membujuk keduanya untuk bergabung dengan karyawan lainnya.

"Eh, hai, Ra." Sapa Raka canggung. Dia bingung harus bilang apa lagi. Tujuan awalnya langsung buyar setelah mendengar sedikit percakapan Kara dan Putri.

"Kamu dengar ya?"

Pertanyaan Kara malah ditanggapi Raka dengan gelengan kepala. "Eng, enggak kok."

Raka menduga bahwa dia berhalusinasi mendengar Kara akan mengundurkan diri. Tapi, Raka langsung mendapat pembenaran dari Kara.

"Aku memang mau mengundurkan diri dari perusahaan ini. Kalau kamu sempat dengar percakapan aku sama Bu Putri, kamu nggak salah dengar kok. Itu beneran." Ujar Kara membenarkan.

"Ra--"

"Plis, jangan kasih tau siapa-siapa dulu ya, Ka." Potong Kara memohon pada Raka, "Gue nggak pengen bikin heboh sekantor soalnya."

Raka masih ingin bertanya. Masih ada yang ingin dia tanyakan karena penasaran. Tapi sepertinya, tempatnya tidaklah tepat.

***

"Jadi, bisa kasih gue alasan kenapa lo mundur dari Ershayne?"

Setelah pesta perpisahan Vira usai, tanpa meminta persetujuan, Raka langsung menyodorkan helm dan memintanya (sedikit memaksa) untuk naik ke atas motor. Kara sempat menolak, sebelum akhirnya ikut Raka dan duduk di salah satu kedai makanan pinggir jalan sekitar Cikapundung.

Kejar TenggatWhere stories live. Discover now