24: Kejar Tenggat

22.2K 2.4K 43
                                    

Mulmed:
Tulus - Teman Hidup

Happy reading 😊

==========

"Bundaaa!"

Bunda dan Ayah menoleh. Ruang rawat inap Bunda hanya diisi oleh Bunda seorang, jadi tidak mengganggu pasien lainnya. Kara datang sambil membawa rantang yang dia pinjam dari Zafran untuk membawakan orang tuanya makanan.

"Sayang," Bunda, dengan wajah pucat, tengah duduk sambil menonton televisi. Beliau merentangkan tangannya, menginginkan pelukan.

Setengah berlari, Kara menghambur ke pelukan Bunda. Entah sudah berapa lama dia tidak memeluk Bunda seperti saat ini. Apa jangan-jangan dia tidak pernah melakukan ini sebelumnya pada Bunda?

"Bundaaaa," rengek Kara seperti anak manja. Dirinya tidak ingin melakukan ini, tapi air matanya terlanjur tumpah. Suaranya bergetar menahan emosi.

Padahal sebelumnya dia baik-baik saja. Bicara dengan Zafran saja seolah tanpa emosi.

"Ihh anak Bunda kok cengeng bener? Punggung Bunda basah nih sama air mata kamu."

Suara lembut yang biasanya terdengar mengesalkan membuat Kara memeluk Bunda lebih erat lagi. Kara benar-benar kesal akan dirinya sendiri. Dia menjadi lemah. Dia merasa kecil sekarang.

"Oh iya, kamu bawa apa?" Bunda berusaha memisahkan diri dari pelukan Kara. "Bikin dari rumah?"

"Eh iya," Kara segera melepas pelukannya dan menghapus air matanya. Zafran, yang sigap mengambil rantang berisi makanan untuk kedua orang tua Kara sebelum Kara menghambur ke pelukan Bunda, menyerahkan rantang berisi makanan buatan Kara di apartemennya tadi pagi. "Kara tadi bikin ini buat Ayah sama Bunda."

Kara membuka rantang makanan yang berisi bubur serta isi dari bubur yang disusun secara terpisah oleh Kara. Ayah langsung mengambil salah satu bagian yang berisi bubur. Kara mengambil bagian lainnya, dan menambahkan beragam topping untuk disantap Bunda.

"Enak nggak Bun?" Tanya Kara begitu Bunda menyuap satu sendok bubur buatan Kara yang pertama.

"Bebas MSG nggak nih? Tumben enak." Canda Bunda.

Kara langsung cemberut mendengar komentar Bunda. "Kan Bunda ngajarinnya tanpa MSG. Emang Kara ini Kak Karen?" Kara ingat kalau Karen, kakaknya, paling doyan memasak masakan instant. Meski Karen juga bisa memasak sepertinya dan Bunda.

"Kayaknya ini pertama kali kamu masak bubur deh. Masak bubur kan nggak gampang." Komentar Ayahnya yang diam-diam sudah menghabiskan bubur buatan Kara dalam sekejap mata.

"Ayah doyan? Mau makan punya Bunda nggak?" Bunda menawarkan bubur yang baru disuap beberapa kali. Ayah langsung mengambil porsi Bunda dan menghabiskannya.

"Kamu masak dimana sayang?" Bunda tampak bingung melihat rantang yang tidak pernah ada di dapur rumah. "Kok Bunda baru lihat ya? Memangnya kita punya?"

"Eh itu, Kara," Kara bingung mau menjawab apa. Jujur atau bohong?

"Kara numpang masak di apartemenku tadi, Bun."

Jawaban Zafran membuat Kara melirik Zafran dengan tatapan yang takut akan reaksi Sang Ayah, yang mendadak berhenti menyantap makanannya. Ayah Kara mulai menatap Zafran dengan tatapan maut. Seolah ingin melahap lelaki kesukaan Bunda (juga Kara tentunya) akan penjelasan.

Ayah bertanya, "Memangnya kamu semalam nggak pulang ke rumah? Kenapa nggak masak di rumah?" Terselip sedikit ketidaksukaan Ayah akan informasi yang baru saja dia dengar.

"Kara sebetulnya..."

"Saya yang ngajak, Om." Zafran memotong. Dia malah tidak peduli dengan suasana hati Ayah yang semakin buruk.

Kejar TenggatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang