8: (Bukan) Salah Paham

28.6K 3.1K 89
                                    

Nama perusahaan, tempat, yang aku rujuk dalam karya ini hanyalah fiktif belaka.

Enjoy. Happy reading 😊

***

Jika ada yang bertanya tentang renjana seorang Ankara Putri Azalea, maka jawabannya bukan yang dilakukannya sekarang. Renjana dia bukan bekerja di perusahaan seperti yang ditekuni. Ada hal lain yang sangat ingin Kara lakukan setelah lulus.

Kuliah pascasarjana.

Dewasa ini, kuliah pascasarjana seolah menjadi hal yang biasa dilakukan. Orang tidak lagi menganggap kuliah pascasarjana sesuatu yang berat dan wow. Kuliah pascasarjana kini menjadi sesuatu yang umum dilakukan fresh graduate. Malah beberapa kawan Kara langsung mengambil kuliah pascasarjana selepas lulus, tanpa bekerja. Namun kawan-kawannya yang melanjutkan kuliah itu memiliki dukungan finansial mumpuni dari keluarga, tidak seperti Kara.

Kara punya alasan tidak langsung melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi.

Pertama. Biaya. Ini alasan yang paling mempengaruhi pilihannya untuk bekerja selepas lulus.

Tidak lama setelah dirinya wisuda, orang tua Kara fokus mengurus pernikahan Karen. Biaya pernikahan Karen cukup besar menyedot uang Ayah dan Bunda. Maklum, Karen anak pertama juga cucu pertama dari keluarga Ayah dan Bunda. Keluarga besar Ayah dan Bunda jadinya terlalu semangat mengadakan pesta dan menguras nyaris seluruh tabungan, termasuk tabungan pendidikan Kara untuk jenjang pascasarjana. Karena tabungan Ayah dan Bunda tidak lagi cukup untuk biaya pendidikan pascasarjananya, Kara beri berinisiatif untuk mencari beasiswa dan mengumpulkan duit sendiri.

Kedua. Biaya yang terlalu mahal. Jurusan dan kampus yang dituju Kara merogoh kocek yang tidak sedikit.

Lagi-lagi repetisi. Tanpa Karen mengadakan pesta pernikahanpun, biaya kuliah pascasarjana Kara sebetulnya tidak semurah waktu kuliah program sarjana. Apalagi jurusan yang diinginkan Kara memang terkenal mahal. Dalam delapan belas bulan ke depan, jika aplikasi pendaftarannya diterima, Kara tidak bisa bekerja lagi di perusahaannya sekarang. Dia harus fokus dalam mengenyam program pascasarjana, yang bertolak belakang dari pendidikan sarjananya dulu, di kampus yang menjadi tujuan program pascasarjananya kelak.

Ketiga. Ini bukan masalah biaya seperti dua alasan sebelumnya. Kara memang berkeinginan untuk bekerja di perusahaan penerbitan. Mumpung ada lowongan kerja yang sesuai, tidak ribet, waktunya fleksibel, dan sesuai kemampuan Kara. Entah apa alasan pastinya, Kara lebih suka bekerja dalam dunia penerbitan daripada bekerja dalam dunia jurnalistik dan televisi, seperti teman-temannya incar sejak di bangku kuliah.

Semua itu terlihat dari kemampuan Kara dalam menyerap informasi buku-buku yang diterbitkan oleh tempatnya bernaung. Baik buku-buku baru, laris, hingga yang kurang dilirik pasar. Kemampuan Kara dalam menghafal informasi, bahkan kemampuannya melebihi kemampuan tim sales marketing yang terjun langsung ke pasar.

Seharusnya, Kara bekerja sebagai sales marketing memang. Awal dirinya melamar pekerjaan di Ershayne, nama perusahaan penerbitan Kara, sebagai sales marketing, namun kuota divisi tersebut terlanjur penuh. Jadilah Kara mengambil bagian admin yang masih dibutuhkan.

Dan Kara bersyukur mengambil posisi admin alih-alih menjadi sales. Dia bisa menjadi lebih update soal berita-berita artis dari Korea, drama Korea paling baru dan paling rame, musik,  sampai bisa menyicil sedikit demi sedikit persyaratan kuliah pascasarjana-nya di universitas tujuan Kara.

Bunyi telepon kantor berbunyi di meja Kara. Tanpa menunggu dering berikutnya, Kara langsung menjawab.

"Halo, selamat pagi." Kara menunggu jawaban seberang sambungan telepon. "Iya dengan penerbit Ershayne. Dari mana? Oh iya, ibu. Pesan apa?" Kara mencatat dengan cepat beberapa judul buku yang dipesan beserta jumlahnya. "Ada lagi? Dikirim hari ini? Saya harus cek stok dulu. Iya, benar. Paling stok yang ada diantar sama Mas Raka ya Bu? Sepertinya Mas Raka masih belum ke sana," Kara menangkap sosok Raka, dari tim sales marketing, baru saja datang mengantar barang. Dengan semangat, Kara melambaikan tangan kepada Raka.

Kejar TenggatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang