32. That Awkward Moment

282K 45K 15.8K
                                    

Ibu is calling........




"Halo bu?" Naya mundur dari posisi duduknya dan berbalik memunggungi Doyoung dengan cepat seraya mengangkat panggilan masuk dari Ibunya.

"Dimana? Ini udah malem kamu mau pulang jam berapa?" Di sebrang sana suara Ibu terdengar khawatir, mengingat anak gadisnya masih berada di luar rumah hingga larut malam.

Naya melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya; pukul 11 malam.

Naya mengurut hidungnya pelan, bisa-bisanya dia ngga sadar ini sudah jam berapa.

"Iya bu, Naya pulang sekarang. Ayah masih belum dirumah kan?"

"Belum. Ayah pulang besok." Ujar Ibu. Naya bernafas lega, untung Ayahnya sedang melakukan perjalanan dinas ke luar kota, jadi dia ngga perlu dimarahi ketika sampai rumah.

"Yaudah bu, Naya tutup ya. Ini Naya mau pulang."

"Dianter nak Doyoung kan?" Tanya Ibu di dari ujung sambungan.


Mendengar namanya disebut, tangan Naya yang memegang ponsel tiba-tiba merasa kaku menyadari bahwa orang yang ditanyakan Ibunya tersebut masih memperhatikan ia di belakang punggungnya.

"Iya bu.." Jawab Naya pelan.

"Hati-hati, bilangin cowokmu ngga usah ngebut-ngebut."

"Dia bukan cowok Naya." Ujar Naya sambil berbisik, takut Doyoung dengan tidak sengaja mendengar omongannya. "Naya tutup ya bu. Iya Naya pulang sekarang."

Tut






Saat sambungan telah diputus, Naya tidak serta merta langsung kembali memutar badannya untuk menghadap Doyoung. Naya bahkan ngga tau apa dia sanggup untuk melihat Doyoung atau ngga saat ini.

Selama beberapa detik, Naya ngga merubah posisinya sama sekali, sampai ia mendengar Doyoung memanggil namanya.

"Nay?"

"Iya?" Jawab Naya cepat.

"Udah disuruh pulang ya sama Ibu?" Naya mengangguk mendengar pertanyaan Doyoung, ia sama sekali ngga memiliki kekuatan untuk berbicara dengan Doyoung saat ini.

"Maaf ya jadi kemaleman, kita pulang sekarang." Ujar Doyoung lagi sambil berdiri menepuk-nepuk celananya yang kotor terkena rumput.



"Bisa berdiri?" Tanya Doyoung melihat Naya yang masih belum berkutik dari tempatnya.

"E-eh? Bisa bisa." Saur Naya langsung berdiri, mencegah sebelum Doyoung kembali mengulurkan tangannya dan membuat situasi mereka semakin canggung.

Naya dan Doyoung berjalan berdampingan menuju tempat mobil diparkir dalam diam. Keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing, Doyoung hanya menatap ke arah depan tanpa berkata, sementara Naya berjalan dengan menunduk, melihat ujung sepatunya sendiri.

Seharusnya ada yang disampaikan setelah kejadian itu, tapi nyatanya, keduanya malah sama-sama terdiam.



-


"Jemput abang gue dulu ya? Biar sekalian." Tanya Doyoung ketika mereka sudah berada di dalam mobil.

Naya sebetulnya ingin bertanya dan berkata banyak tentang "dimana? Abang lo sama siapa? Gue malu ketemu sama abang lo." Namun kalimat yang keluar dari bibirnya hanya "iya."







Perjalanan itu hanya diiringi dengan lagu dan suara penyiar di radio, tanpa satu kalimatpun terlontar dari bibir mereka. Beruntung jalanan sedang kosong, mengingat ini bukan weekend dan sudah tengah malam. Jadi mereka ngga perlu berlama-lama diam dalam kemacetan.

HIMPUNANWhere stories live. Discover now