03

72.1K 5.7K 14
                                    

Setelah seminggu Zea di kurung di kamarnya, kemarin adalah hari terakhir dia dihukum. Jadi sekarang dia akan turun untuk sarapan, karena waktu di hukum kemarin Zea hanya makan satu hari sekali. Zea turun dari kamarnya, ternyata keluarga Alexander sudah berkumpul di ruang makan mengingat jika sekarang sudah masuk jam untuk sarapan.

Zea berjalan melewati mereka semua, karena biasanya juga Zea akan makan di belakang dengan asisten rumah tangga.

Tetapi saat dirinya melewati kursi abang pertamanya, tangan Zea di tahan.

"Mau kemana?" tanya Sean lembut.

Zea berbalik, tumben abang pertamanya mau bicara dengannya. Biasanya dia tidak akan pernah peduli pada dirinya. Apa mungkin dirinya mempunyai kesalahan? Atau Anissa habis melakukan kesalahan dan dilimpahkan padanya?

"Kenapa?" bukannya menjawab, Zea malah balik bertanya pada abangnya.

"Abang yang pertama kali tanya, jawab dulu pertanyaan abang, baru abang jawab pertanyaan kamu" kata Sean tanpa melepaskan tangan adiknya.

Zea mengerutkan keningnya, ada apa dengan abang pertamanya ini? Apa dia salah makan? Atau dia salah melihat? Jelas-jelas ini Zea bukan Anissa! Tapi abangnya berkata sangat lembut, seolah itu bukan abangnya.

Tapi tak urung Zea menjawab juga, takut-takut jika Zea abaikan, bisa berakibat fatal. "Mau ke belakang" jawab Zea.

"Ngapain ke belakang?"

Zea semakin mengerutkan keningnya, ini abangnya kenapa? Kena amnesia kah? Bukannya dia memang setiap hari makan di belakang, terus kenapa sekarang abangnya bertanya seolah-olah kalau dia masih baru di keluarga ini?.

"Kamu kenapa Sean? Bukannya anak itu memang biasanya makan di belakang" bukan Zea yang bicara, tetapi bundanya, Sandra.

"Kenapa harus di belakang kalau makanan disini aja bahkan suka banyak yang sisa, mending kamu sekarang duduk disini, terus makan bareng kita. Jadi gak usah ke belakang lagi kalau kamu mau makan" kata Sean menarik lembut tangan Zea agar duduk disampingnya.

Zea antara aneh dan sungkan dengan perilaku Sean. Zea juga tidak berani duduk disana. Dia ingat, bagaimana dulu dia pernah kekeh ingin duduk di meja makan supaya bisa merasakan makan dengan keluarga. Yang Zea dapatkan malah perlakuan buruk dari keluarganya.

Semua makanan yang akan Zea ambil, pasti akan di ambil oleh yang lainnya. Seakan Zea tidak boleh makan yang enak. Bahkan Zea ingat, pada saat Zea akan mengambil satu potong ayam goreng. Dirinya di lempar sendok oleh bibinya, karena saat itu Anissa menginginkan ayam itu juga.

Dan tidak ada satu orang pun keluarganya yang membela Zea, mereka semua tutup mata dan telinga terhadap apapun yang di lakukan bibinya pada saat itu.

Kening Zea yang berdarah pun, pelayan yang mengobatinya. Padahal saat itu Zea berharap jika bundanya datang padanya membawa kotak obat. Tapi itu hanya angan-angan dirinya, mereka justru pergi seolah tidak peduli. Atau mungkin memang tidak pernah peduli?.

Akhirnya Zea tidak pernah lagi makan bersama mereka, Zea cukup tahu diri jika dirinya tidak di inginkan untuk bergabung dengan keluarga Alexander.

Tapi kenapa sekarang Sean justru mengajak dirinya untuk sarapan bersama. Sekarang Zea sudah tidak pernah mengharapkan perhatian keluarga Alexander. Di beri tempat tinggal pun, Zea sudah merasa senang. Karena biar bagaimana pun jika Zea di usir oleh keluarga Alexander, dirinya akan tinggal dimana?

Zea juga janji, jika nanti dirinya sudah bisa menghasilkan uang sendiri, Zea akan pergi dari mansion ini.

Zea mencoba melepaskan tangan Sean dari tangannya. "Aku makan di belakang aja bang" kata Zea singkat.

Setelah Zea berhasil melepaskan tangan Sean, dia melanjutkan langkahnya untuk ke belakang.

Sean menatap kosong tangannya yang di lepaskan Zea tadi. Kemudian dia tertawa kecil, dirinya di tolak oleh adiknya? Kenapa rasanya begitu sakit, apa ini yang dirasakan adiknya dulu saat mereka tidak mengizinkan Zea untuk makan bersama dengan mereka?

"Abang kenapa ajak Zea makan disini? Gimana kalau nanti dia bikin kerusuhan saat kita makan?" tanya Anissa dengan wajah polosnya, lebih tepatnya pura-pura polos.

Sean menatap tajam pada Anissa, sungguh bodoh dirinya selama ini tidak bisa membedakan mana yang benar-benar polos dan mana yang dibuat-buat. "Dia adik gue!! Wajar kalau gue mau sarapan bareng sama dia!! Dan satu lagi, jangan panggil gue abang!! Karena gue bukan abang lo!! Gak sudi gue punya adik gak tahu diri kaya lo!!" kata Sean sambil beranjak meninggalkan meja makan, dia sudah tidak memiliki nafsu makan saat adiknya menolak untuk sarapan bersama dirinya.

Anissa terkejut saat Sean bicara seperti itu, karena biasanya Sean selalu bersikap lembut pada dirinya. Tapi barusan, Sean melarang dia untuk memanggil Sean dengan sebutan abang, sebenarnya ada apa dengan Sean? Kenapa perilakunya berbeda dengan semalam.

"Jangan di dengerin omongan Sean, mungkin dia lagi banyak masalah" kata Sandra.

Anissa mengangguk, tidak apa meski Sean sudah tidak berada di pihaknya lagi. Karena masih banyak yang berada di pihaknya jika suatu saat nanti Sean berontak.

____

Extra Love Story Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum