19

40.4K 4K 46
                                    

Mora menggeliat dalam tidurnya, keringat keluar dari pelipis Mora.

"Sayang, kamu gak mau bangun? Betah banget disana, gak rindu sama keluarga kamu sayang?"

"Maafin ayah, sayang. Ayah benar-benar bukan ayah yang baik buat kamu. Ayah.... Tolong jangan benci ayah, sayang."

"Kita mulai lagi dari awal sayang. Hanya ada kita. Kamu, abang kamu, ayah dengan bunda. Jangan ada orang lain lagi, meski itu sepupumu sendiri."

"A-ayah.."

"Cepet sembuh putri kecil ayah."

"A-ayah, hikss.. Zea kangen sama ayah."

"Ayah."

"Zea mau ketemu ayah, hikss.."

Marcel yang kebetulan lewat di depan kamar Mora mendengar igauan Mora. Marcel membuka pintu kamar adiknya, sepertinya Mora sedang bermimpi.

Marcel berniat menutup kembali pintu kamar adiknya, tetapi setelah mendengar ucapan Mora, Marcel membatalkan niatnya tersebut.

"Ayah, Zea mau dipeluk."

Marcel mengernyitkan dahinya, siapa yang Mora sebut ayah? Bukankah mereka memanggil daddy kepada Samuel? Dan siapa itu Zea?

"Kenapa kamu ada di kamar Mora, bang?"

Marcel menoleh, ternyata daddynya. "Marcel cuman gak sengaja dengar Mora ngigo, dad. Tapi Marcel heran, kenapa Mora bilang mau di peluk ayahnya? Bukannya daddy sering meluk Mora yah?"

Samuel mendekati anaknya, dia duduk di samping Marcel. Samuel menatap dahi Mora yang mengerut, diusapnya dengan pelan oleh Samuel. "Anak daddy kenapa? Mimpi buruk? Gak papa sayang, mimpi kamu gak akan jadi kenyataan. Daddy yang menjamin semua itu."

Marcel menatap Samuel dengan pandangan yang sulit diartikan, kemudian dia menghela napasnya pelan. "Tapi tadi Mora panggil dirinya Zea."

Samuel melihat kearah Marcel saat Mora sudah kembali tenang dalam tidurnya. "Maksud kamu?"

"Iya, Mora panggil dirinya Zea. Katanya dia mau di peluk ayahnya."

Samuel terdiam sejenak, kemudian menatap anak sulungnya. "Mungkin adik kamu sedang bermimpi menjadi Zea, biarkan saja."

"Sebaiknya kamu pergi ke kamarmu dan segera lah tidur. Bukannya besok kamu akan ada pertemuan dengan dosen pembimbing?" lanjut Samuel.

Marcel mengangguk, "kalau gitu Marcel ke kamar dulu, dad." Marcel beranjak meninggalkan kamar Mora.

"Marcel, sebelum kamu kembali ke kamarmu. Tolong ke kamar daddy dulu, bilang sama mommy kalau daddy akan tidur disini sama adek."

Marcel mengangguk, dia kembali berjalan dan menutup pintu kamar adiknya.

Tatapan Samuel beralih pada anak bungsunya. Tatapan Samuel sangat sulit untuk diartikan. "Mimpi kamu terlalu buruk, sayang? Kenapa kening kamu dari tadi tidak berhenti mengerut?"

"A-ayah."

Samuel tertegun, ayah adalah panggilan anak-anaknya saat mereka masih kecil. Seiring berjalannya waktu, mereka mulai mengganti panggilannya menjadi daddy.

"Aku kangen, ayah."

"Bangun dulu, sayang. Sayang, adek. Bangun dulu yuk." ucap Samuel mengusap pipi anak bungsunya.

"Bangun, sayang."

"Ra, bangun yuk." Samuel menggoyangkan tubuh Mora dengan pelan.

Mora menggeliat, matanya mengerjap. "Daddy, kenapa ada di kamar Mora?" tanya Mora saat pertama kali dia membuka matanya sudah ada daddynya.

Extra Love Story Where stories live. Discover now