25

35.1K 3.1K 89
                                    

Airin memandang rumah besar di depannya, sebelum masuk kedalam, Airin melihat sekeliling terlebih dahulu. Setelah aman, Airin bergegas masuk ke dalam rumah.

"Airin, kamu ngapain pulang? Bukannya besok masih sekolah?"

Airin langsung membalikan tubuhnya, papah Airin lah yang berbicara. "Aku mau ngomong sesuatu, pah."

Danuarta Zurist, papah Airin mengangkat alisnya sebelah. "Mau bicara apa?"

Airin berjalan memasuki rumahnya, setelah itu Airin menghampiri papahnya.

"Pah, aku gak tahu ini penting atau enggak. Tapi putri Federick berubah, dia seakan bukan dia."

"Maksud kamu?"

"Dia udah gak bully aku lagi, pah. Dia berubah. Yang dulunya suka mengejar Guntur, sekarang berbalik arah pada Alexo, putra tunggal Damora."

Danu mengetatkan rahangnya, ini tidak bisa di biarkan. Danu harus mencari cara untuk memisahkan mereka. Kekuasaan Guntur dan Alexo jelas lebih hebat kekuasaan Alexo.

Danu menyuruh Airin untuk mendekati Alexo awalnya, tapi karena Alexo yang seperti acuh tak acuh pada anaknya membuat rencana mereka berpindah haluan pada Guntur.

"Kamu harus cari cara buat anak itu membully kamu lagi, buat dia dibenci putra Damora. Atau kalau bisa, buat dia di benci satu sekolah."

"Kenapa gak sekalian dengan membuat keluarganya membenci dia?"

Danu menatap putri satu-satunya, "itu tidak akan bisa. Keluarga Federick akan tetap melindungi anaknya, meski anak itu menjadi seorang pembunuh sekalipun."

Airin mengangguk, membenarkan apa yang dikatakan papahnya. Saat dia masih di bully oleh Mora pun, keluarga Federick menutup mata. Mereka malah memberikannya uang untuk menutup mulut.

"Jadi aku harus apa sekarang?"

"Buat anak itu di benci, dan jadikan putra Damora sebagai kekasih kamu."

°°°°

Mora melihat sekelilingnya, indah dan luas. Entah dimana dia sekarang, tapi yang pasti ini bukan seperti di dunianya yang dulu dan bukan juga di dunia novel.

Mora terus mengikuti langkah kakinya, dan sampailah dia di sebuah taman bunga. Cantik, hanya kata itu yang terlintas di pikiran Mora.

"Zea.."

Mora menoleh saat mendengar ada yang mengucapkan namanya di dunia yang dulu. "Siapa?"

Sosok itu terkekeh, "aku Mora. Maaf baru bisa bertemu denganmu. Ada hal yang ingin aku bicarakan."

Zea mengangkat alisnya sebelah, "apa?"

"Bisa kita bicara disana saja?" tanya Mora menunjuk sebuah kursi yang berada di taman  itu.

Zea mengangguk, langkah kakinya mengikuti Mora yang sudah berjalan terlebih dahulu.

"Mau bicara apa?" tanya Zea setelah duduk.

Mora menghela napasnya pelan, "apa kamu tidak ingin bertanya kenapa kamu berada di dalam tubuhku?"

Zea mengangkat bahunya acuh, "tidak. Itu tidak penting bagiku. Yang ingin aku tanyakan hanya satu, kenapa kamu lebih memilih Guntur dibandingkan Alexo yang jelas-jelas jauh lebih sempurna dari Guntur?"

Mora tersenyum, "kamu sungguh unik. Tapi aku akan tetap menjawab pertanyaanmu. Hati tidak bisa dipaksakan Zea, aku mencintai Guntur sedangkan kamu mencintai Alexo."

"Hubungannya denganku apa? Bahkan aku baru bertemu Alexo saat jiwaku terdampar di dalam tubuh kamu."

Mora menggeleng, "kamu sudah mengenal dengan baik sosok Alexo. Alexo adalah orang yang kamu cintai sedari dulu."

Extra Love Story Where stories live. Discover now