17

45.1K 3.7K 96
                                    

Nah, buat kelas Mora. Itu jadinya kelas sepuluh yahh, bukan kelas sebelas. Kalau kakaknya, Nanta kelas dua belas😚.

•••••

"Gue baru tahu kalau ternyata adik lo itu Mora" kata Haidar setelah mereka semua kumpul di markas, lebih tepatnya gudang belakang sekolah yang mereka jadikan markas ketika di sekolah.

Meskipun pintar, Nanta sering bolos mengikuti teman-temannya. Namanya juga anak muda, sebaik apapun mereka, pasti pernah merasakan yang namanya penasaran akan sesuatu.

Nanta itu solid kalau kata Haidar, jika temannya di hukum, dia akan ikut menghukum dirinya sendiri meski tidak melanggar aturan. Maka dari itu, Nanta selalu ikut bolos jika mereka semua bolos.

Daddynya pun tahu jika Nanta kadang suka bolos. Tapi Samuel tidak pernah mempermasalahkannya, karena dia pun sama nakalnya dengan Nanta, bahkan mungkin lebih.

Samuel bukanlah orangtua yang selalu menuntut anaknya harus mendapatkan nilai sempurna. Bagi Samuel, cukup mereka tahu bagaimana caranya menghargai orang yang lebih tua dari pada mereka.

Apa yang harus mereka lakukan saat berhadapan dengan orang yang membutuhkan pertolongan. Samuel hanya menginginkan itu dari anaknya.

Samuel yakin, akan ada saatnya mereka serius dengan pendidikannya suatu saat nanti tanpa harus di suruh ataupun di tekan oleh orangtuanya.

Karena biasanya, anak yang ditekan atau dituntun. Sering mengalami stres yang berkepanjangan. Ingin selalu menjadi yang pertama hanya untuk membanggakan orangtua.

Memang tidak salah, tapi jika dengan cara seperti bisa membunuh anak secara perlahan, lebih baik seorang anak cukup menjadi dirinya sendiri.

"Karena gue emang jarang ketemu sama Mora kalau di luar, dia lebih sering sama bang Marcel."

Aksara masih tidak percaya jika Mora adalah adik sahabatnya, apa iya Mora adik Dinan? Kenapa rasanya sangat mustahil yahh?.

"Beneran kalau Mora itu adek lo? Maksud gue, adik kandung lo?"

Kening Nanta mengernyit, "maksud lo?"

"Ya, gue gak yakin aja gitu. Masa Mora adik lo sih?!"

Nanta mendengus, memangnya kenapa jika Mora adiknya. Kenapa mereka seakan tidak terima dengan kenyataan ini. "Kalau lo gak percaya dia adik kandung gue, lo bisa temuin daddy gue. Tanya sama lo, gimana susahnya mommy gue lahirin Mora, dan daddy gue yang panik karena adek gue mau lahir ke dunia."

Aksara menggaruk pelipisnya, "bukannya gitu maksud gue Din. Gue cuman masih gak percaya aja."

Sungguh, Nanta tidak suka jika ada yang mempertanyakan Mora itu adik kandung dia atau bukan. Kesannya, Mora memang tidak pantas untuk menjadi adiknya. "Harusnya lo tahu kalau Mora adek gue, tanpa gue ngomong sama lo semua. Nama belakang Mora, jelas-jelas sama, sama gue." nada bicara Nanta datar.

Aksara meringis, Nanta sudah berada di ambang kesabaran. Anak Veldormant cukup tahu bagaimana ciri-ciri Nanta akan meledak. Disaat Nanta bicara menggunakan intonasi yang datar, itu tandanya amarahnya sudah mencapai ubun-ubun.

Salahnya juga yang selalu bertanya tentang kesungguhan Mora sebagai adik Nanta. Jelas-jelas Mora memang adik Nanta, nama belakangnya juga sama, Federick. Keluarga Federick tidak segampang itu mengangkat anak luar sebagai anaknya.

Tahu jika suasana antara Nanta dan Aksara panas, Haidar berinisiatif untuk menolong teman seperjulidannya itu. "Din, pulang sekolah nanti kita main ke rumah lo yah?" ucap Haidar mengalihkan pembicaraan.

"Hm."

Dingin sudah sekarang Nanta, lagian ngapain coba bahas masalah Mora. Sekarang suasananya malah akward. Untung saja tadi Alexo izin ke kamar mandi, coba kalau disini atau udah balik lagi. Bisa jadi apa Aksara, diserang oleh dua orang. Kakaknya dan tunangannya.

Extra Love Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang