45

23.1K 2.7K 138
                                    

Guys mau minta pendapat😆 menurut kalian kalau cerita ini tamat, mau lanjut cerita siapa?

Kehidupan Zea yang jiwanya diisi oleh Mora?

Atau cerita tentang Violin?

Atau yang lain?

Yang paling banyak, bakal gue bikin ceritanya.

•••••

Tidak terasa empat hari sudah berlalu, hari ini Mora sudah kembali bersekolah. Padahal dia masih betah libur, tapi mau gimana lagi, ujian nasional sudah selesai. Dan sekarang Mora justru ingin menjadi kelas tiga, yang sudah bebas datang atau tidak ke sekolah.

Dan saat ini Mora sedang berada di kantin sendirian, karena Vio sudah menghilang saat bel istirahat bunyi.

Mora sedari tadi sedikit-sedikit melirik ke arah pintu kantin, dia berharap ada Vio yang berjalan ke arahnya.

Tapi dari tadi tidak ada batang hidung orang itu muncul disana. Mora sudah berasa anak hilang di tengah keramaian.

"Duh, mana firasat gue gak enak lagi. vio sebenarnya kemana? Gak mungkin dia menghindar dari gue kan? Emang gue salah apaan sampai harus dihindari?!"

Jujur saja, perasaan Mora sangat tidak enak. Entah akan apa yang akan terjadi. Tapi tangannya tidak pernah berhenti menyuapkan makanan pada mulutnya.

Saat asik dengan makanannya, Mora dikagetkan dengan adanya orang yang duduk di sampingnya.

"Si anak anj, lo kemana aja sih. Gue dari tadi kayak anak hilang tahu gak?!" seru Mora saat tahu jika ternyata yang duduk di sampingnya adalah Vio.

Vio cengengesan, tangannya mencomot makanan Mora. "Sorry deh, tadi gue ada urusan sama seseorang."

"Siapa? Pacar lo?"

Vio cemberut, kemudian Vio melipat tangannya untuk di jadikan bantal. "Lo kalau mau ngejek gue bilang, gak usah sok tanya-tanya 'siapa? Pacar?' lo sendiri kan tahu kalau gue jomblo."

Mora terkekeh, memang benar jika sahabatnya ini tidak pernah yang namanya pacaran. Entah apa yang membuatnya seperti itu. Bukan karena Mora tidak pernah bertanya, tapi Vio yang tidak ingin memberi tahu.

"Lo kenapa gak pacaran aja sih?! Lo kan cantik, gue yakin banyak cowok yang mau sama lo. Tapi setiap ada yang nembak, lo gak pernah terima. Kenapa?"

"Makasih udah bilang gue cantik, gue tahu kok kalau gue udah cantik dari lahir. Lo kan tahu Ra, kalau gue udah suka sama seseorang, cuman emang orang itu gak akan bisa gue gapai. Dia terlalu masyaAllah untuk gue yang astagfirullah."

"Emang siapa sih cowoknya? Kenapa lo gak pernah bilang namanya. Emangnya dia semisterius itu?"

Vio mengacak rambutnya, "misterius sih enggak. Cuman gue merasa gak pantes aja buat dia."

Mora berdecak, selalu seperti itu jika ditanya soal namanya. Jawabannya tidak ada yang pernah menyambung. Mora tanya apa, Vio jawab apa.

"Iya, siapa namanya? Dia punya namakan? Namanya siapa?! Tinggal jawab aja susah banget."

"Ini gak semudah yang lo kira, Ra. Gue gak bisa kasih tahu lo dia siapa, sorry. Tapi yang pasti lo kenal kok sama dia."

Mora mendengus, "nah justru itu. Kalau gue kenal, gue bisa bantu lo jadian sama dia. Kasih tahu cepetan?!"

Vio menghela napasnya pelan, "lo pasti tahu seiring berjalannya waktu kok."

"Dia masih sendiri kan?"

Vio menggeleng, "dia udah punya pacar Ra. Makanya gue bilang bakal  sulit gapai dia."

Extra Love Story Where stories live. Discover now