44

23.5K 2.5K 53
                                    

"Kesayangan daddy kenapa nangis?"

Tahu kan kalau orang lagi sedih terus ditanya kenapa, pasti tangisannya semakin kencang, begitu juga dengan Mora.

Mora melepaskan pelukannya pada Marcel, dia berlari menghampiri Samuel dan langsung memeluk tubuh kekar Samuel.

Samuel mengelus rambut Mora, setelah itu dia mengangkat badan Mora ke dalam gendongannya. "Kamu kenapa?" tanya Samuel setelah duduk di sofa dengan Mora yang duduk dipangkuannya.

"Kamu yang udah buat anak daddy nangis kayak gini kan? Ngaku kamu?! Jadi abang hobby banget ngusilin adiknya." kata Samuel saat Mora tidak menjawab pertanyaannya.

Marcel menghela napasnya pelan, kenapa setiap ada perkara seorang adik nangis. Dan disitu posisinya sebagai anak pertama atau anak yang lebih besar, selalu disalahkan. Memangnya apa salahnya?

Kalaupun adiknya yang nakal, pasti tetap kakaknya yang disalahkan. Ingin rasanya Marcel mencari tahu siapa orang yang terlebih dahulu melakukan itu. Kalau ketemu Marcel akan memarahinya karena beban itu hanya sebagai kakak yang merasakan.

"Abang gak melakukan apapun loh, dad. Mora tiba-tiba nangis sendiri."

"Bohong kamu. Mana ada orang tiba-tiba nangis. Asap aja gak akan ada kalau enggak ada api."

Marcel berdecak, "daddy selalu gitu sama abang. Padahal aba---"

"Abang gak salah kok dad, Mora cuman terharu aja dengar perkataan bang Marcel yang memprioritaskan Mora sampai segitunya." sela Mora. Dia tidak mau abang tersayangnya ini dimarahi oleh Samuel.

Samuel menatap Mora, "benar? Kamu gak lagi belain abang kamu ini kan? Dia ngancam kamu? Kasih tahu daddy, gak usah takut. Sekali daddy keluarin dari rumah ini, abang kamu jadi gelandangan."

Mora menggeleng, "bukan salah abang dad. Air matanya aja yang nakal pengen keluar, padahal Mora niatnya gak mau nangis."

Marcel menghela napasnya pelan, untung saja Mora tidak sedang dalam kondisi tengil. "Denger kan dad. Gak usah menyimpulkan sendiri kalau gak tahu apa-apa."

Samuel berdecih, "ini semua juga gara-gara kamu. Coba aja kalau kamu gak ngomong begitu, adik kamu pasti gak akan nangis. Daddy gak peduli adik kamu nangis karena terharu atau apalah itu, daddy gak suka."

"Iya dad, Marcel gak akan begitu lagi."

Perkataan Marcel beda di mulut, lain di hati. "Harusnya senang anaknya disayang, diprioritasin. Malah marah, aneh."

Samuel memicingkan matanya, menatap Marcel yang sedang menunduk. "Daddy tahu hati dan mulut kamu berlawanan, gak usah sok pasang muka begitu."

"Terserah daddy. Marcel ke atas dulu."

"Yaudah sana, disini juga kamu gak dibutuhkan."

Marcel mengelus dadanya, "sabar. Ingat kalau yang barusan ngomong itu adalah daddy lo, jangan jadi anak durhaka." gumam Marcel.

Samuel mengalihkan tatapannya pada Mora saat Marcel sudah hilang ditelan tangga. "udah gak mau nangis lagi?"

Mora menggeleng, dia masih asik menyandarkan kepalanya pada dada Samuel. "Daddy tumben gak sama mommy?"

Tangan Samuel mengelus rambut Mora, "mommy kamu lagi di kamar. Kalau mommy ada disini, daddy yakin kalau kalian akan memperebutkan daddy" kata Samuel dengan tingkat kepercayaaan diri yang tinggi.

Mora memutar bola matanya malas, "daddy terlalu kepedean. Buat apa rebutin daddy."

"Karena daddy itu kesayangannya kalian berdua."

Extra Love Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang