06

70.9K 6.2K 65
                                    

Zea terusik saat telinganya mendengar suara orang berbicara.

"Dad, tangan adek barusan gerak." teriak laki-laki yang melihat tangan adiknya bergerak.

Sontak semua orang yang disana menghampiri brangkar anak bungsu mereka. Dan terlihat mata anaknya yang mengerjap-ngerjap.

"Panggil dokter, cepat!" saking bahagianya, mereka lupa jika ada tombol tanpa harus repot-repot memanggil dokter. gak tahu nama tombolnya apa.

"Enghh...."

Zea membuka matanya, pertama kali yang dia lihat adalah wajah cemas semua orang yang ada disana. "Kalian siapa?"

Deg..

Mereka terdiam membatu, kenapa dengan putrinya? Apa dia hilang ingatan? Jika iya, mereka akan meruntuhkan rumah sakit ini!.

"Kamu gak inget sama mommy, sayang?"

Zea menggaruk pelipisnya, dengan polosnya Zea menggeleng. Membuat semua orang yang ada disana kelabakan karena dilupakan oleh putri satu-satunya Federick.

"Sayang, ini mommy. Itu daddy, dan yang di samping daddy itu abang kamu. Kalau yang lagi megang tangan kamu, itu tunangan kamu. Masa kamu lupa sama kita? Kamu gak lagi main-main sama kita kan?" tanya mommy Freya Federick.

Zea merasa linglung, kenapa semua orang yang ada diruangannya tidak ada satu pun yang dia kenal. Kemana keluarganya? Bukannya semua kebusukan Nisa sudah terbongkar, tapi kenapa mereka tidak datang menjenguknya.

Dan lagi, tunangan? Sejak kapan dirinya mempunyai tunangan? Pacar saja Zea tidak punya, apa lagi tunangan. Yang benar saja!.

"Tapi aku beneran gak tahu kalian itu siapa, terus orangtua aku mana? Mereka masih gak peduli sama aku yah?" tanya Zea.

"Sayang, ini keluarga kamu. Lagian sejak kapan kita gak peduli sama kamu, hm?" ucap daddy Samuel Federick.

Dengan polosnya Zea menjawab, "bukannya dari aku kecil yah?."

"Kayaknya adek beneran gak inget sama kita deh." kata anak pertama keluarga Federick, Marcel Argantara Federick.

Ceklek..

"Maaf mengganggu, tapi boleh untuk tidak mengerubungi pasien? Takutnya nanti pasien sesak napas" ucap dokter itu hati-hati. Masalahnya yang ada dihadapannya keluarga Federick, ngelakuin kesalahan sedikit saja pekerjaan taruhannya.

"Kenapa gak dari tadi aja dok, udah engap nih gue" batin Zea kesal.

Dokter itu mendekat saat semua orang mulai menjaga jarak dengan Zea, kecuali orang yang dibilang tunangannya, dia masih tidak mau melepaskan tangannya. Padahal tangan Zea sudah panas.

Setelah melakukan serangkaian pemeriksaan dokter tersebut bertanya pada Zea. "Kamu ingat siapa nama kamu?."

Zea mengangguk, dia tidak lupa jika namanya itu Zea Andara Alexander. Meski marga Alexander tidak tersemat dalam namanya. "Zea Andara Alexander, dok."

"Kamu bilang kamu gak tahu sama kita, tali kamu inget nama kamu. Tuh kan dad, Mora cuman lagi ngerjain kita aja. Tapi sejak kapan nama kamu Zea Andara Alexander? Nama kamu itu Amora Ananda Federick" kata Freya.

Zea menggeleng, "itu emang nama aku, kalian siapa? Semua yang ada disini asing buat aku."

"Dok, kenapa dengan tunangan saya?" laki-laki yang sedari tadi diam akhirnya angkat bicara saat mendengar tunangannya mengucapkan 'asing'.

"Sepertinya pasien mengalami hilang ingatan sementara, jangan terlalu di paksakan. Akan ada saatnya pasien mengingat kembali semuanya, takutnya akan berakibat fatal." jelas dokter itu.

Zea hanya diam saja, meski dalam hatinya menggerutu. Hilang ingatan apaan njir, nih dokter gadungan kayaknya. Gue inget semuanya kok, gak ada yang gue lupain. Kalau gak bisa praktek mending gak usah, bikin repot aja!.

"Tapi anak saya bakal ingat lagi kan dok?" tanya Freya.

"Iya bu, hanya saja jangan terlalu di paksa buat ingat. Tenang saja, lambat laun juga pasien bakal ingat kembali" jelas dokter yang membuat keluarga Federick bahagia, terutama tunangannya.

"Kalau begitu saya permisi dulu pak, bu" pamit dokter itu.

Selepas dokter itu keluar dari ruangan Zea, mereka langsung mengerubung kembali. "Karena kata dokter kamu hilang ingatan, kita akan mengenalkan diri masing-masing. Nama mommy, Freya Federick. Daddy kamu, Samuel Federick. Terus abang kamu namanya, Marcel Argantara Federick. Kalau kakak kamu, namanya Dinanta Federick. Cuman kakak kamu sekarang lagi gak kesini, dia lagi ada urusan. Kalau dia--" ucapan Freya di potong oleh 'tunangannya'.

"Biar aku perkenalan sendiri aja mom" kata laki-laki itu yang diangguki oleh Freya.

"Kamu beneran gak inget sama aku?" Zea terdiam, bukan karena pertanyaan laki-laki yang mengaku sebagai tunangannya. Tapi, Federick? Bukankah itu nama keluarga yang ada di dalam novel black white? Kenapa mereka ada disini? Terus kemana keluarganya?.

Bukankah Sean sudah membongkar semua kelakuan Nisa? Tapi kenapa mereka masih tidak peduli?.

"Sayang.."

"Ra.."

"Mora."

Zea tersentak saat ada yang memegang bahunya, "ah, iya, kenapa?"

Tunangannya menatap khawatir pada Zea, "kamu kenapa melamun? Ada yang sakit?"

Zea menggeleng, kemudian membalas tatapan tunangannya. "Kenapa?"

"Kamu beneran lupa sama aku?" tanya tunangannya sekali lagi.

Zea mengangguk, kemudian menggeleng. "Aku bahkan gak kenal sama kamu."

Tunangannya membuang napasnya kasar, "aku Alexo, Alexo Zyan Damora. Tunangan kamu."

Zea memiringkan kepalanya, kemudian menatap Alexo polos. "Tapi aku beneran gak kenal sama kamu, gimana bisa tunangan?"

Alexo merasa gemas melihat tunangannya yang mengeluarkan ekspresi seperti itu, tapi di satu sisi dia sedih karena tunangannya melupakan dirinya dan kenangan yang mereka lalui selama ini. "Kita udah tunangan dari SMP, Ra. Gak usah di paksa buat ingat, yang penting cukup kamu tahu kalau kamu udah ada yang punya. Jadi jangan genit-genit sama cowok lain, karena alasan hilang ingatan."

_____

Extra Love Story Where stories live. Discover now