05 - limiter

23 0 0
                                    

"Dari mana?"

Bayu terhenti. Sesosok gadis bertubuh mungil berbalut jas laboratorium berwarna putih berdiri di dekat pintu. Rambutnya diikat ekor kuda dan matanya menatap tajam. Dari tanda pengenal yang menggantung di lehernya, tertulis nama Vika Mariska, Asisten Kepala.

Dari semua anggota Unit Pengembangan Hubus, selain staf kesehatan, hanya Vika yang selalu mengenakan jas putih.

"Ng..., dari luar," jawab Bayu ragu-ragu. "Kau... kenapa di situ?" Rasa-rasanya, berdiri di samping pintu sambil bertelekan pinggang bukanlah tupoksi seorang asisten kepala. Apalagi dengan memasang tampang sewot bagai siap mengomel.

"Eh?" Gadis itu melotot. "Nggak salah? Seharusnya, aku yang tanya. Pak Bay ke mana saja? Kami di sini sibuk, Pak Bay malah keluyuran! Mau gaji Pak Bay aku potong?"

Kening Bayu berkerut. "Kan, jam istirahat. Ya, aku pergi istirahat. Kamu ini gimana, sih?"

Bayu melanjutkan langkah. Daun pintu membuka, bergeser saling menjauh. Di dalamnya adalah ruang kerja utama, tampak beberapa orang berkemeja santai berkutat dengan komputer di meja kerjanya masing-masing. Bayu menyapa mereka, sembari meneruskan langkah menuju pintu di sisi lain ruangan.

Vika mengekori Bayu dengan mata masih melotot.

"Istirahat? Istirahat apa sampai telat sejam? Teleponku juga tidak diangkat-angkat! Apa itu?" Vika mengomel di belakang. Usai terlihat di klinik, Bayu tiba-tiba lenyap bagai ditelan bumi. Dihubungi tak ada respons.

"Iya, maaf. Aku dalam perjalanan pulang, jadi tidak bisa angkat teleponmu." Pintu lain yang dituju Bayu bertuliskan "KEPALA UNIT". Pintunya dibuka. Ia persilakan Vika untuk masuk lebih dulu. "Jadi, ada apa?"

"Aku sudah bicara dengan staf yang lain," jawab Vika segera. Matanya menyorot tajam, tak berkedip mengikuti langkah Bayu menghampiri meja di sudut ruangan. "Dengan kondisi seperti sekarang, kita tak bisa sesuai target. G4 tak bisa kita rilis pada semester kedua tahun depan."

"Alasannya? Sejauh ini development lancar, kan? Bahkan sudah uji prototipe." Bayu membuka jaket, menampakkan batik KORPRI. Jaket ia letakkan di kursi, ia malah duduk di meja. Keduanya saling hadap.

"Lancar apanya?" Vika kembali menaikkan suara. "Pak Bay lihat sendiri tadi pagi, kan? Masalah yang sudah aku peringatkan benar-benar terjadi, kan?"

Bayu meraih tablet di atas meja. Menyalakan layarnya dan membuka sebuah dokumen penuh tabel dan grafik. Vika sangat rinci dalam menyusun laporan. Saking rincinya, membuat kepala Bayu berdenyut. Oleh karena itu, ia melipir ke Toko MAS.

"Menaikkan resolusi fragma hingga empat kali lipat dari G3 berimplikasi dengan naiknya konsumsi daya dan produksi panas," begitu simpul Bayu membaca laporan tersebut.

"Konsumsi daya naik 78 persen, tapi produksi panasnya melonjak 120 persen. Apa-apaan itu?" timpal Vika kembali.

"Ada solusi?"

Vika langsung menjawab, "Desain ulang controller daya dan sistem pendingin."

"Pasti lama, ya?"

"Makanya, sudah dari awal aku bilang, tenggat dua tahun itu tak masuk akal! Yang kita kembangkan ini bukan revisi, tapi produk baru. Sebutannya saja yang menambah drit. Tapi kenyataannya, yang lain-lain juga banyak yang harus kita tambah. Banyak yang harus kita kerjakan. Takkan bisa selesai dalam sekejap!"

"Tapi, orang-orang atas maunya begitu. Rilis tahun depan." Orang-orang atas yang dimaksud Bayu adalah para direksi dan komisaris.

"Pak Bay ngomong, dong! Kasih paham ke mereka! Pak Bay, kan, yang dulu ngasih ide ke mereka untuk mengembangkan G4 yang jumlah dritnya naik kayak nggak pake mikir. Pak Bay juga yang harus ngasih penjelasan bahwa G4 bukan sekadar ganti angka dari 3 ke 4. Ini sama seperti dulu sewaktu MMI baru pertama kali mengembangkan G1, semuanya baru! Ditambah lagi, ada masalah dengan teknologinya."

"Celah keamanan, ya?" Bayu menatap lama sebuah tabel berwarna kuning.

"Sudah dikonfirmasi." Vika tak lagi meninggikan suara, membuat Bayu refleks menoleh. Sepasang mata yang sebelumnya melotot itu kini lebih menyiratkan rasa gundah. "Pihak Loron mengakui kalau desain cip mereka punya celah keamanan. Celah itu bisa dipakai penyerang untuk mem-bypass limiter. Hanya dengan software, tak perlu modifikasi hardware. Sayangnya, belum ada kepastian soal perbaikan."

Hubus adalah perangkat yang mampu mengisolasi otak penggunanya dari dunia luar. Demi keamanan, desain hardware-nya dibuat sedemikian rupa sehingga menjadi pembatas "alamiah". Selama tidak dimodifikasi, hubus takkan mampu menyelakai penggunanya secara langsung apabila terjadi malafungsi. Bahkan jika terjadi arus pendek atau tegangan tinggi, hubus tidak akan terbakar atau meledak. Karena batasan hardware pula, dalam kondisi ekstrem sekalipun, sinyal yang dipancarkan hubus untuk membaca dan menulis fragma tidak akan pernah melewati ambang batas yang aman bagi otak manusia.

Akan tetapi, produk konsumen perlu keamanan ekstra. Maka, menurut standar regulasi, ditambahkanlah modul limiter. Limiter bertindak sebagai protokol keamanan pada hubus. Modul tersebut membatasi fungsi-fungsi tertentu pada hubus demi meningkatkan keamanan dan keselamatan bagi pengguna.

Modul limiter dapat membaca residu fragma pada otak pengguna. Dengan tambahan sensor, modul tersebut juga dapat memonitor denyut jantung, tekanan darah, kadar gula dan oksigen dalam darah, serta intensitas hormon.

Tergantung kondisi yang terjadi, program yang sudah ditanamkan langsung pada modul limiter dapat melemahkan bahkan memblokir sebagian atau seluruh sinyal yang masuk, memutus koneksi ke perangkat lain, hingga memadamkan hubus secara paksa. Apabila terjadi kerusakan pada modul ini, maka hubus sama sekali tidak dapat berfungsi.

Fungsi-fungsi itu dimungkinkan karena limiter seharusnya beroperasi pada level hardware secara independen. Oleh karena itu, keping prosesor dan limiter selama ini selalu terpisah.

Namun, berbeda kasusnya dengan pengembangan G4. Ronit generasi keempat menggunakan desain cip terbaru dari Loron Semikonduktor, pabrikan semikonduktor dalam negeri. Cip tersebut menempatkan prosesor dan limiter dalam satu keping cip yang sama. Tak disangka, ada celah pada desainnya. Celah yang membuat prosesor dapat memotong regulasi data dari dan menuju limiter.

Seharusnya, hubus langsung mati jika modul limiter tidak berfungsi. Akan tetapi, Bayu dan timnya mendapat fakta berkebalikan saat uji coba prototipe tadi pagi. Mereka kemudian menguji hingga sejauh mana risiko yang akan timbul jika tetap menggunakan hubus dalam kondisi tanpa limiter tersebut. Dengan "mengorbankan" seorang staf penguji.

"Rozes sudah mendingan?" tanya Bayu pula, teringat insiden tadi pagi.

"Dia masih istirahat di klinik Kak Elwa. Kondisinya sudah stabil, tapi Kak Elwa bilang jangan diganggu dulu."

"Malika?"

Alis mata Vika melentik. Suaranya kembali meninggi, "Pak Bay mau bilang itu salah Malika?" Jika Rozes adalah staf penguji, maka Malika adalah orang yang menyiapkan ujiannya. "Malika memang berlebihan, tapi itu, kan, gara-gara Pak Bay!"

Dituding begitu, Bayu menyambut heran, "Kok, aku?"

"Pokoknya, jangan ganggu Rozes, jangan ganggu Malika!"

Bayu menghela. Ia turun dari meja. "Iya...!"

"Pak Bay, kita harus desak Loron untuk secepatnya perbaiki celah itu. Jika tidak, lebih baik kita pilih supplier lain. Kita tak mungkin membuat produk dengan cip berbahaya seperti itu."

Bayu mengalihkan pandangan pada jendela kaca. Ukurannya selebar dinding. Bayu dapat dengan mudah melihat para staf dalam unitnya sedang bekerja.

"Takkan semudah itu," komentar Bayu. Ia berbalik menghadap Vika. "Prosesor yang saat ini sesuai kriteria kita hanya dari Loron. Lagi pula, soal penyedia cip dari pihak ketiga harus dibicarakan dulu dengan supervisor. Kontrak supplier diurus oleh petinggi perusahaan. Karena belum tentu akan dikabulkan, dan belum tentu juga akan ada penggantinya, kita harus cari cara lain untuk mengatasi masalah ini, secepatnya, dengan cara kita sendiri. Oleh karena itu, aku tadi jalan-jalan ke luar. Cari inspirasi."

"Inspirasi apa?"

"Ya, untuk mengatasi masalah kita ini."

"Sudah ketemu?"

Bayu mendesah. Ia menggeleng.

Vika kembali melotot, "Pak Bay niat nggak, sih, jadi kepala?"

Woles World Legend: AlphaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang