14 - ede

23 0 0
                                    

Dua puluh tahun lalu, sejumlah universitas dan rumah sakit bekerja sama mengembangkan teknologi yang dapat membaca gelombang otak, memproses dan memanipulasinya, kemudian mengirim balik ke otak. Teknologi itu kemudian diberi nama "eye-dream". Yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan "ede".

Karena pengembangannya mengalami kesulitan dana, maka dibukalah kesempatan bagi pihak-pihak luar untuk ikut berpartisipasi. Beberapa perusahaan tertarik, mayoritas dari sektor hiburan digital. Mereka melihat potensi ede sebagai penerus kacamata VR dan menginginkan hak penggunaan ede untuk hiburan.

Pada akhirnya, kelompok kerja sama pun dibentuk dengan nama ede Global Concorcium atau eGC. Konsorsium itu tak hanya mendanai pengembangan, tetapi juga membentuk dewan standarisasi teknologi. Teknologi ede kemudian dibagi menjadi dua sertifikasi, Domain-I untuk keperluan medis dan Domain-II untuk keperluan selain itu.

Domain-I adalah ede versi lengkap. Teknologinya mencakup kemampuan manipulasi ingatan manusia. Karena itu, semua perangkatnya tidak dapat dibuat dan dijual dengan bebas. Ada otoritas yang mengawasi penerapannya secara ketat. Berbeda dengan Domain-II yang hanya sebatas manipulasi pengindraan. Sebagai anggota eGC, perusahaan yang tergabung di dalamnya memiliki hak istimewa untuk menggunakan teknologi ede di luar keperluan medis.

Namun, penerapan teknologi ede dengan sertifikasi Domain-II juga menelan biaya tidak sedikit. Member eGC lalu membentuk perusahaan patungan bernama Monolith Initiative. Perusahaan itu berfokus pada pengembangan game berteknologi ede beserta perangkat pendukungnya. Maka, lahirlah game berteknologi ede pertama di dunia berjudul Monolith Alternate. Perusahaan ini jugalah yang pertama kali memproduksi hubus secara komersial di bawah merek Monolith.

Dalam perkembangannya, perusahaan patungan itu juga kesulitan keuangan. Member eGC pun bergonta-ganti. Banyak pihak yang skeptis bahwa teknologi ede akan laku di pasaran. Bahkan untuk sekadar survive pun sepertinya sulit karena teknologinya yang begitu mahal. Sampai akhirnya, Velican bergabung dan mengambil alih semua aset Monolith Initiative. Sejak saat itu, perkembangan game berbasis teknologi ede perlahan mulai menjanjikan.

Mendengar penjelasan itu, Dina manggut-manggut. Layar ponselnya sudah terpampang sejarah pengembangan ede dari situs eGC. Akan tetapi, mereka saat ini sedang berjalan menuju sekolah. Bahaya kalau disambi melihat layar ponsel. Ia pun minta didongengi langsung oleh Hamid. Perihal siapa yang sebenarnya menciptakan ede, serta apakah ada hubungannya dengan elite global yang hendak menguasai dunia? Artikel yang ia baca tadi malam membuatnya gundah.

"Sudah jelas, kan?" Hamid menutup ceritanya yang ia coba rangkum sesingkat mungkin. Lagi pula, ia tidak begitu hafal sejarah ede. Masih perlu nyontek. Sesekali melirik layar ponsel.

"Beneran bukan elite global, Mid? Soalnya, kan, nama kelompoknya ada global-globalnya. E-ge apa gitu?"

"E-ge-ce! Iya, ada 'global'-nya, tapi bukan elite global seperti yang kamu baca itu. Disebut global karena anggotanya dari berbagai negara. Indonesia juga ada. Ada tiga perusahaan kalau tak salah. Salah satunya perusahaan om-om yang kemarin ngasih tahu kita cara pilih hubus."

"Om-om elite global." Dina terkekeh.

"Hus!"

"Jadi, ede ini teknologinya aman, ya?"

"Aman. Selagi hubusnya nggak kamu macem-macemin."

"Nggak akan nyedot nyawa kita masuk dalam komputer, kan?"

"Nggak. Impossible itu."

"Tapi di artikel katanya bisa. Katanya setelah nyawa kita disedot, tubuh kita akan dikendaliin elite global."

"Din, kalau kamu bisa browsing dan ketemu artikel hoax kayak begitu, harusnya kamu juga bisa ketemu artikel lain yang lebih bener."

Dina manyun. "Aku mana tahu yang mana bener yang mana nggak, Mid. Aku, kan, baru pertama ketemu yang beginian. Makanya, kamu bantu jelasin."

Woles World Legend: AlphaWhere stories live. Discover now