10 - akselerasi

26 0 0
                                    

Gara-gara mengurus Malika, Elwa sampai ikut mandi dan ganti baju dua kali. Ia juga harus mengulang rutinitas skin care-nya dari awal. Usai cuci muka, ia kembali ke kamar.

Dijumpainya Malika sudah lelap. Gadis yang semula susah sekali diajak mandi itu kini tampak pulas sembari memeluk gumpalan selimut. Mungkin, ini pertama kalinya Malika merebah di kasur setelah semingguan tanpa henti diburu pekerjaan. Ia harus menyiapkan server eXP untuk test drive serta berbagai antek-anteknya. Semua harus beres dalam waktu yang singkat.

Elwa dengar bahwa Vika berkali-kali sempat protes soal itu. Vika minta penjadwalan ulang. Banyak yang belum rampung, terutama penyiapan server yang terlambat. Pengadaannya molor berbulan-bulan karena penyesuaian anggaran serta masalah logistik. Namun, usulan tersebut ditolak Bayu. Mereka perlu secepatnya uji coba untuk konfirmasi berbagai temuan anomali. Terlebih lagi, tenggat waktu mereka semakin dekat.

Seperti biasa, Malika menjadi tumbal. Ia memang sudah langganan lembur di kantor. Bisa dibilang, pelanggan setia. Sampai-sampai, Bayu memberinya hak istimewa untuk menempati salah satu gudang. Menurut kabar angin, Bayu punya koneksi di level atas sehingga gudang itu disulap bagai unit apartemen. Dan, begitulah. Malika memulai lagi rutinitas lemburnya setelah beberapa hari sebelumnya baru selesai lembur mengerjakan tugas yang lain.

Tapi, ini yang terparah. Kantung matanya sampai punya kantung mata.

Bukan berarti selama lembur Malika tidak tidur sama sekali. Malika sesekali terkelap tatkala lelah menyerang. Namun, hanya satu atau dua jam. Itu pun tertidur di meja kerja. Setelah tiga hari memacu diri bagai kuda dan jam tidurnya banyak dipangkas, Malika mulai malas bergerak dan lebih rajin minum kopi. Mandi dan ganti baju pun ia enggan. Untung saja ia masih rutin gosok gigi. Sikat dan odol ia simpan di laci meja.

***

Curiga hanya trik, Elwa meraih ponsel dan mendekat ke sisi ranjang.

"Halo...," ucapnya berbisik. "Kamu sudah tidur, belum?"

Tidak ada respons.

"Aku foto, ya?"

Yang terdengar hanyalah embusan napas.

Elwa tersenyum. Ia buka aplikasi kamera di ponsel. Lalu, jepret! Bunyi shutter-nya sempat bikin kaget. Ia lupa masuk mode silent.

Puas mengambil beberapa foto dari berbagai sudut, Elwa bergegas duduk di kursi meja rias. Seperangkat perawatan kulit sudah berjejer. Karena urutan pelembap, serum, dan perintilan lainnya tidak berubah, besar kemungkinan Malika tak menyentuh benda-benda itu. Padahal, sengaja Elwa bawa untuk dipakai bersama.

Tapi, ya, sudahlah. Orangnya juga sudah tidur. Itu yang terpenting. Misi utama Elwa untuk memastikan Malika beristirahat sudah tercapai. Selanjutnya, giliran ia yang merawat diri.

Namun sebelum melanjutkan ritual, Elwa lebih dulu mengecek aplikasi pesan di ponsel. Vika terlihat masih online. Bahkan, baru beberapa menit lalu mengganti foto profil. Entah kucing siapa yang ia jepret, tetapi kelihatannya punya tampang preman.

Elwa kemudian mengetik, "Dia sudah tidur."

Kemudian, kirim. Disertai foto.

Ponsel diletak. Elwa menjamah toner. Saat sudah mengaplikasikan serum, layar ponsel menyala. Ada notifikasi pesan masuk. Baru Elwa buka usai meratakan pelembap.

Foto Malika yang ia kirim mendapat reaksi love. Di bawahnya, Vika menulis, "Mantul, Kak Elwa! You're the best!" Ada stiker jempol mengacung.

Elwa pun membalas, "Gue gitu, loh!"

Kemudian, terlihat Vika sedang mengetik.

"Kak Elwa, lupakan Pak Bay! Kencan denganku saja!"

Woles World Legend: AlphaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang