13 - drit

28 0 0
                                    

Semenjak kemunculan pertama hubus komersial belasan tahun lalu, jumlah drit pada hubus hanya bertambah dua kali. Kenaikan pertama terjadi dua tahun setelah hubus perdana dirilis. Saat itu, drit pada hubus yang semula berjumlah 50 drit, naik menjadi 80 drit. Lalu dua tahun setelahnya hingga sekarang, resolusi maksimal fragma pada hubus bertahan pada angka 120 drit.

Pada awalnya, drit adalah sebutan bagi unit modulasi sinyal pada hubus. Unit tersebut berfungsi mengirim dan menangkap sinyal gelombang otak. Dengan kata lain, drit sama seperti antena. Hanya saja, drit berukuran sangat kecil. Tak lebih besar dari sebutir pasir. Bahkan, ada produsen yang berhasil mengembangkan drit hingga ukuran mikron.

Satu unit drit hanya mampu menangani satu modulasi fragma dalam satu frekuensi tertentu. Sedangkan untuk dapat mengirim rangsang semu dan mencegat respons motorik dari otak, setidaknya diperlukan lebih dari dua puluh unit modulasi yang bekerja bersamaan dan dalam frekuensi yang berbeda-beda.

Oleh karena itu, lazim bagi sebuah hubus untuk memiliki puluhan hingga seratusan unit modulasi sinyal. Semakin banyak dritnya, semakin luas jangkauan pengaruh hubus pada otak. Jumlah data yang dapat ditransfer pun bisa semakin besar.

Data-data itu ditransmisikan antara hubus dan otak manusia dalam bentuk modulasi fragma. Banyaknya modulasi fragma yang bisa dikirim dalam waktu bersamaan kemudian disebut dengan istilah "resolusi fragma". Satuan yang dipakai adalah drit.

Menaikkan resolusi fragma atau menambah jumlah drit tak semata-mata hanya memperbanyak unit modulasi sinyal. Kemampuan proses hubus mau tidak mau juga harus ditingkatkan. Sementara untuk melakukannya, diperlukan biaya pengembangan maupun ongkos produksi yang tidak sedikit. Oleh karena itu, menaikkan resolusi fragma dari 50 menjadi 120 drit dalam empat tahun membuat Monolith Initiative nyaris gulung tikar. Perusahaan yang dibentuk oleh anggota ede Global Concorcium itu akhirnya dijual lalu dibeli oleh Velican.

Mengingat semua latar belakang tersebut, Bayu pun memaklumi gurat ragu sang supervisor. Meski demikian, ia kemudian berujar, "Walau begitu kenyataannya, kita tetap tak bisa mengabaikan keinginan mereka, kan?"

Pak Samsuri merenung.

"Sekompleks apa pun game yang akan dibuat dan secanggih apa pun servernya, akan percuma kalau resolusi fragma pada hubus tak bertambah. Sementara itu, sebagai produsen, kita masih ragu untuk mengembangkan hubus dengan resolusi fragma yang lebih tinggi. Kita khawatir tidak ada game-nya, karena mengembangkan game dengan resolusi fragma yang tinggi juga perlu biaya yang tidak sedikit. Kondisi ini sudah seperti lingkaran setan. Sudah sepuluh tahun. Sudah saatnya ada yang mendobrak."

Pak Samsuri mengalihkan matanya dari tablet. Ia menatap Bayu dengan tajam. "Kalau bukan kita, bisa jadi mereka, ya?"

Bayu mengangguk pelan.

Pak Samsuri menyandar, memijit-mijit kening. "Ada benarnya juga, sih," ujarnya pula. "Kondisi sekarang sudah jauh berbeda dibanding sepuluh tahun lalu. Game dengan teknologi ede sudah menjangkau banyak orang. Bisnisnya lebih profitable dibanding dulu. Cepat atau lambat, pasti ada yang punya nyali menambah drit pada hubus."

Pak Samsuri berkali-kali memejamkan mata. Merenung serta meresapi ucapannya sendiri. Kursi kerja yang ia duduki diputar pelan ke kiri dan kanan.

Bayu meletakkan tablet. "Jadi, bagaimana, Pak?"

Pak Samsuri berhenti memutar-mutar kursi. Ia menegakkan punggung, lalu bertanya, "Kira-kira, berapa jumlah drit yang paling ideal untuk dikembangkan?"

"Kalau pertimbangannya dari hasil survei, kira-kira di sekitar 200 drit. Tapi kalau dilihat dari tren, kita harusnya sudah mengembangkan 480 drit."

Woles World Legend: AlphaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang