17 - dream

27 0 0
                                    

"Aku dipecat?" Bayu bangkit dari kursinya. "Anak dan istriku nanti makan apa?"

Julia mendelik. "Apanya anak-istri? Kau itu belum menikah!"

"Belum menikah bukan berarti takkan pernah!" Oleh karena itu, Bayu sempat beberapa kali menjalin hubungan, dengan harapan dapat segera membina rumah tangga. Namun, kesemuanya kandas. Ia masih melajang hingga kini walau sudah berusia tiga puluh enam tahun. "Kau serius memecatku? Meski kita teman, aku takkan terima jika caranya begini!"

Julia balas menatap tajam. "Apa mukaku kelihatan bercanda? Aku serius! Kau duduk dulu. Aku belum selesai bicara."

***

Wawancara pada Malam Anugerah Gim Indonesia disiarkan langsung. Keesokan harinya, cuplikan wawancara itu diulang pada segmen berita pagi. Setelahnya, artikel lain berdasarkan video tersebut muncul di portal berita. Portal berita lain ikut mengutip artikel itu. Judulnya, semakin lama kian mengkhawatirkan.

"BOS MAHSED GROUP BERCITA-CITA MEMBUAT GAME"

"KONGLOMERAT MAHRUS AKAN MEMBUAT GAME!"

"MAU JALAN-JALAN ONLINE? TAK LAMA LAGI BUKAN CUMA DI TRAVELLILLO"

"TUAN MAHRUS BOS MAHSED GROUP INGIN MEMBUAT GAME SEPERTI TRAVELLILLO"

"SIAP-SIAP, BOS MAHSED GROUP AKAN MEMBUAT GAME PESAING TRAVELLILLO"

"VIRAL, TRAVELLILLO AKAN PUNYA PESAING DARI MAHSED GROUP"

Setelah dibaca, isinya hampir sama. Judulnya benar-benar clickbait.

"Media-media ini semua kenapa, sih?" Julia mendumel sepanjang perjalanan. Ia memang jengkel dengan judul-judul itu, tapi bukan redaktur atau editor berita-berita itu yang akan ia sambangi. Ada orang yang lebih pantas diomeli. Tuan Mahrus.

Ia pun melabrak atasannya itu saat tengah asyik memandangi Kota Jakarta dari lantai empat puluh menara gading kebanggaannya, Mahsed Tower.

"Bapak, kan, sudah saya ingatkan. Jangan bicara sembarangan dengan media. Saya bahkan sudah beri contekan," begitu cecarnya setiba di ruangan Tuan Mahrus. Ruangannya sangat luas. Mungkin bisa dipakai untuk pesta dansa.

"Tapi saya ditanya beda dari contekan." Julia membekalinya template jawaban apabila ditanya terkait acara penganugerahan tersebut, tentang harapannya pada perkembangan industri game tanah air, serta sedikit puja-puji untuk para nominasi maupun penerima penghargaan.

Nyatanya, ia malah ditanya tentang niat untuk terjun ke industri pengembangan gim. Tuan Mahrus pun improvisasi. Ia lupa jurus silat lidah Julia yang lain.

"Itu juga sudah saya ajarkan. Bapak bisa jawab 'oh begitu', 'saya buru-buru', 'no comment', 'ya ndak tau kok tanya saya'!"

Pria tambun di depannya diam sejenak. Seolah nge-blank.

"Ah iya, Julia. Bagaimana kalau tiga perusahaan ini kita gabungkan jadi satu?" Tuan Mahrus tiba-tiba merogoh kocek. Ia sodorkan tiga kartu nama, berlabel tiga perusahaan berbeda.

Julia mengenal nama-nama perusahaan itu, begitu pun nama-nama CEO yang ada di kartunya. Ketiganya bagian dari Mahsed Group. Satu perusahaan bergerak di bidang logistik, dua perusahaan lainnya adalah maskapai penerbangan dan pelayaran di bidang kargo.

Tapi, Julia sadar.

"Bapak jangan ganti topik!" sergahnya kemudian.

Tuan Mahrus membulatkan bibir, menarik kembali kartu-kartu itu. "Ya, sudah. Lain kali saja."

Julia melirik ponsel. Ada panggilan masuk.

"Ini gara-gara Bapak," ujarnya lalu mengangkat telepon. "Maaf, Tuan Mahrus sedang sibuk. Jadwal beliau padat sampai dua minggu ke depan."

Woles World Legend: AlphaOn viuen les histories. Descobreix ara