27 - request

9 0 0
                                    

Bayu terbatuk-batuk. Beruntung teh yang sedang ada di dalam mulutnya tidak begitu banyak. Menyembur pun hanya sedikit. Selain itu, begitu keluar dari mulut, teh itu malah berubah jadi butir-butir cahaya berkilau yang kemudian memudar di udara.

"Kau baik-baik saja?" Cepat Julia bangkit membantu Bayu meletakkan cangkir dengan aman.

Sementara itu, Bayu tercenung. Sembari sesekali berdehem diselingi batuk. Selain karena tiba-tiba diajak menikah, ia juga heran karena bisa tersedak di Travellillo. Belum lagi teh yang menyembur dari mulutnya, malah menguap jadi cahaya.

Belum rasa heran itu menghilang, tiba-tiba ada sentuhan lembut yang mengusap-usap punggungnya. Bayu kaget lantas menoleh. Alisnya seketika meliuk mengetahui itu adalah ulah Julia. Sebuah peristiwa langka yang baru pertama kali ini terjadi. Biasanya, justru Bayu yang mengusap-usap punggung Julia apabila gadis itu tengah menangis atau tersedak bakso.

Tapi, itu dulu. Belasan tahun lalu ketika masih kuliah.

Sekarang, mungkin Julia saat ini hanya bermain peran. Ia kini menjadi sosok Julia yang berbeda. Gadis yang digambarkan sempurna penuh lemah lembut. Kalau saja Bayu tersedak di dunia nyata, dirinya pasti jadi bahan rujakan. Diolok habis-habisan karena minum teh pun tak becus.

"Minum jangan buru-buru," begitu ucap Julia sembari mengusap punggung Bayu. Raut kaget di wajah avatar pemuda tersebut pun berubah jengkel. Meski bicaranya lembut, ternyata Julia tetaplah Julia.

"Itu, kan, salahmu," balas Bayu. Masih sesekali berdehem. "Tiba-tiba mengajakku menikah."

Julia berhenti mengusap punggung Bayu. "Itu, toh?" Ia pun tertawa-tawa kecil. Punggung avatar pemuda itu ia tepuk sekali. Dengan pelan. Setelahnya, ia kembali ke kursi.

"Sejauh ini, ini bercandamu yang paling jauh," gerutu Bayu, masih berkutat dengan jalur napas yang belum lapang. "Kau hampir buat aku mati di dalam game."

"Bercanda?" Julia duduk. "Aku serius." Ia lalu memegangi cangkir, memandangi riak isinya, sembari sesekali dimiringkan agar lekuk geraknya terlihat lebih jelas.

"Aku sudah capek, Bay," keluh Julia. "Tiap hari sibuk. Libur cuma di dunia maya," ratapnya lagi. "Setelah menikah, aku akan resign. Asalkan hidup sederhana, tabunganku cukup sampai kita kakek-nenek. Bahkan, tidak perlu makan tabungan kalau dividenku lancar."

Bayu berhasil meredakan gatal di tenggorokan. Ia menghela, lalu berujar, "Terima kasih tawarannya. Tapi, aku tak bisa menikah denganmu."

Julia mengangkat wajah. Alisnya saling menaut. "Mengapa begitu?"

"Ya, namanya juga tidak ada rasa, mau bagaimana?"

"Aku kurang cantik? Kurang seksi? Apa kurang montok?"

"Stop!" Bayu mengangkat telunjuk lalu disodor di depan wajah Julia. "Julia yang aku kenal tak akan bicara seperti itu! Ayo, jujur! Siapa kau?"

Gadis yang ia telunjuki membalas, "Kau masih curiga juga? Mau aku geser posisimu jadi direktur?"

Bayu langsung ciut. Lekas-lekas ia menarik tangan. "Eh, jangan!" balasnya. Posisi direktur untuk perusahaan developer gim berbujet triliunan rupiah terdengar sangat mengerikan.

"Kalau begitu...." Julia meletakkan cangkir. Ia tuang isi teko. "Karena aku akan jadi perawan tua, kau temani aku jadi bujang lapuk."

Bayu seketika mengernyitkan dahi. "Permintaanmu kenapa makin aneh? Kau banyak pikiran? Kurang istirahat?"

Julia hanya diam usai menyeruput teh.

"Kau logout saja, kemudian tidur."

Julia akhirnya menyahut, "Temani aku sebentar lagi."

Woles World Legend: AlphaWhere stories live. Discover now