22 - pamit

20 0 0
                                    

Semua staf diminta berkumpul. Ada pengumuman penting. Begitu bunyi pesan yang di-broadcast oleh MAYA. Tak sampai lima menit, kedua puluh staf Unit Pengembangan Hubus telah berkumpul di ruang kerja utama, termasuk Bayu serta staf kesehatan. Mereka harap-harap cemas setelah mengetahui Pak Samsuri turut hadir.

Vika mengecek para staf. "Sudah semua, Pak Bay," lapornya. Ia sendiri sempat ditanyai oleh rekan-rekannya untuk dapat bocoran. Namun, ia hanya bisa menggeleng. Jarang-jarang pesan panggilan berkumpul di-broadcast langsung oleh MAYA. Biasanya, dirinyalah yang meneruskan pesan-pesan seperti itu dan sudah pasti tahu isi kabar yang hendak disampaikan.

Biasanya pula ia akan menemani Bayu mengumumkan kabar-kabar penting. Tetapi karena kali ini ia sama sekali tidak tahu-menahu, Vika lebih memilih berdiri agak jauh dari laki-laki itu.

Bayu melirik jam di tangan. Beberapa menit lagi pukul 11.30, jam istirahat.

"Oke, terima kasih sudah berkumpul."

Semua hening. Tiap pasang mata berfokus pada Bayu dan Pak Samsuri di depan.

"Saya akan menyampaikan dua kabar. Satu kabar baik dan satu lagi kabar yang... terserah kalian mau menanggapinya bagaimana."

Semua mengernyit. Kabar seperti apa yang kedua itu?

"Pertama, kabar yang sudah pasti baik." Sembari berujar demikian, Bayu menoleh kumpulan staf yang mengurusi desain perangkat keras. Ada Rozes dan Dawuh di sana. Ia lalu melanjutkan, "Pak Samsuri baru saja dapat kabar. Loron sudah janji akan segera memperbaiki desain cip mereka."

Staf-staf perangkat keras itu seketika bergembira. Ada yang mengepalkan tangan, ada yang saling menepuk pundak, ada pula yang mengusap wajah seperti habis berdoa. Salah satunya adalah Dawuh. Ia tak mau seperti Rozes yang dibuat bagai mati suri karena celah keamanan pada cip tersebut.

"Benar itu Pak Bay?" Vika turut melonjak senang. "Makasih banyak, Pak Sam!"

Pak Samsuri mengangguk-angguk. Ia lalu berucap, "Tapi, mungkin perlu enam sampai delapan bulan hingga masuk tahap fabrikasi. Jadi, sebelum kita dapat versi yang baru, kita akan tetap pakai cip yang lama. Dengan catatan, jangan exploit celah limiternya." Pak Samsuri kemudian tertawa.

Vika mengangguk mantap. "Siap, Pak!"

"Nah, kabar baiknya belum selesai," lanjut Bayu. Semua mata kembali fokus. "Karena perbaikan dari Loron cukup makan waktu, maka...." Bayu melirik seluruh staf.

Idris yang berdiri agak di belakang melebarkan matanya. "Maka...?"

"Perusahaan setuju menambah waktu pengembangan G4."

Riuh seketika pecah. Wajah-wajah tegang di hadapan Bayu kini berbinar-binar.

"Serius, Pak Bay? Ditambah? Berapa lama?" Vika tak kalah antusias.

Bayu membentuk angka dua dengan jemarinya. "Dua tahun."

"Berarti, tenggatnya mundur jadi tiga tahun lagi?"

Bayu menoleh Pak Samsuri. Pak Samsuri mengangguk-angguk.

"Yesssss!" Vika mengepal. Kabar inilah yang ia nanti-nanti sejak lama. Ia bahkan sudah berkali-kali adu mulut dengan Bayu soal jadwal yang begitu mepet dan tidak masuk akal. Dengan tenggat yang baru ini, setidaknya frekuensi lembur yang diemban Malika bisa berkurang.

Ia pun tolah-toleh. Dijumpainya Malika agak memisah dari para staf. Ia berada di belakang, menyendiri di pojokan. Gadis itu masih sesekali batuk.

"Oke, sekarang kabar yang kedua."

Tak sampai lima detik, riuh kembali sunyi. Vika akhirnya ingat bahwa masih ada kabar berstatus abu-abu. Itu artinya, bisa bermakna baik, bisa pula bermakna agak kurang baik. Apakah anggaran mereka akan dipangkas? Ataukah ada request baru terkait spesifikasi G4 yang nyeleneh seperti hubus-X? Anggaran naik, tapi G4 jadi 1.000 drit? Atau...?

Woles World Legend: AlphaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang