11 - tanda

11 0 0
                                    

"Hawaiiiiiiiiii!"

Dina merentangkan tangan lebar-lebar. Membiarkan tubuhnya diterpa terik mentari dan embusan angin. Ia kini berpijak di pasir pantai. Di hadapannya, membentang luas biru samudra.

"Saatnya berenang!"

Ia menjentikkan jari. Sebuah panel muncul. Dipenuhi berbagai model pakaian renang.

"Semuanya seksi-seksi!" Ia tertawa sembari terus mencari yang sekiranya cocok. "Ini pakaian renang apa daleman?"

"Sama aja, sih, sebenernya. Bahannya aja yang beda."

Seseorang membuat Dina menoleh. Julia menyeruak dari samping kiri. Angin yang kencang membuat Julia memegangi topi di kepalanya.

"Beda bagaimana?" Dina mengernyit.

"Kalau daleman itu, bahannya enak untuk dipakai di dalem. Kalau pakaian renang, bahannya enak untuk dipakai berenang. Gitu."

"Oooh...." Dina manggut-manggut, meski tidak paham.

"Kau sudah selesai cari baju renangnya? Aku duluan, ya?"

Julia beranjak mendekati bibir pantai. Ia menjentikkan jari. Midi dress yang ia kenakan berubah menjadi pakaian renang one piece berwarna putih. Di pinggangnya melilit kain putih susu yang menyembunyikan lekuk pinggul hingga betis.

Dina manyun. Ia lanjut mencari.

"Nah, ini aja!" Akhirnya, ia menemukan yang cocok. One piece spandek oranye yang biasanya dipakai para peselancar. Atasannya lengan panjang, sementara bawahannya berupa celana setengah paha.

Kotak setelan spandek oranye itu Dina sundul dengan ujung jari. Kemeja beserta celana panjang denim yang saat itu ia kenakan pun menghilang, berganti dengan setelan yang persis seperti pada kotak yang ia pilih. Bahkan, papan selancar yang ia kira hanya pemanis pada gambar, ternyata juga ikut-ikutan muncul.

Sembari mengangkat papan selancar itu, Dina berlari gancang menuju laut.

"Kak Julia, ayo kita main ombaaaaak!" pekiknya.

Tingkahnya itu justru membuat Julia geleng-geleng. "Aduh? Baru ketemu laut?"

Saking teramat senang, Dina tak mengindahkan papan-papan peringatan di bibir pantai. Ada yang melarang berenang karena sering terlihat hiu di sekitar pantai. Ada yang mengingatkan bahwa sekitar pantai kadang jadi tempat berburu paus pembunuh. Tak ketinggalan tanda bahaya adanya buaya darat yang sering kali datang mengintai mangsa.

Bagi Dina, selagi ini hanyalah sebuah permainan komputer, maka tanda-tanda peringatan itu tiada artinya. Jika ia terkena masalah di sini, tinggal restart atau logout.

Oleh karena itu, dengan gegap gempita, ia melompat ke laut. Wajahnya tambah berbinar-binar ketika ombak setinggi belasan meter bergulung-gulung kian mendekat. Bersegeralah ia berdiri di atas papan selancar.

"Dinaaaaa! Kamu ngapaiiiiin?" Dari bibir pantai, Julia berseru. Sudah tak pakai pakaian renang, kembali memakai gaun putih dilengkapi topi besar. "Kalau mau selancar, agak ke tengah laut. Jangan di situ, terlalu dekat!"

Usai berseru, angin kencang berembus. Menerbangkan topi Julia. Julia kini sibuk mengejar topinya yang menggelinding di bibir pantai.

Tersisalah Dina berdiri bengong di atas papan selancar. Di hadapannya, bentangan ombak kian meluas dan meninggi seakan hendak menutup seluruh langit.

"Mampus, jadi risoles," ujarnya sebelum digulung ombak.

***

Gelap.

Sesak.

Dina membuka mata, ia tenggelam. Tangan dan kakinya berusaha mengayuh ke permukaan. Namun, semakin kuat ia ingin ke atas, semakin dalam ia menuju dasar laut.

Woles World Legend: AlphaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang