04 - hubus

60 0 0
                                    

Dina kembali dibuat takjub. Kali ini oleh deretan beraneka hubus di etalase. Ia tak menyangka bahwa alat kendali untuk bermain gim virtual tersebut akan sebegitu banyak jenisnya. Ia pikir, hubus hanya satu jenis, seperti yang pernah ia lihat di rumah sepupunya, dan juga seperti di dalam promotional video Travellillo barusan. Berbentuk seperti kacamata VR.

Sekarang, dengan mata kepalanya sendiri, ia menjumpai ada hubus berbentuk seperti helm pilot pesawat tempur. Ada pula hubus seperti headset wireless. Bahkan, juga ada hubus yang seperti kacamata.

Eh, tunggu.

"Mid, sini-sini!" Dina melambai-lambai kecil. Hamid lekas menghampirinya setelah asyik membelai-belai bungkusan aksesoris hubus. "Ini pegawai tokonya iseng, ya?" Dina menunjuk satu dari puluhan kotak bergambar kacamata hitam.

"Kenapa memang?" Hamid bingung.

"Masak, rak hubus dikasih kacamata?"

Hamid mengambil kotak yang ditunjuk Dina. "Nggak," jawabnya cepat. "Ini juga hubus." Ia membalik kotak tersebut, kemudian menunjukkan deretan teks di salah satu sisinya.

"Ih? Beneran hubus? Bisa begitu, ya?" Sebentuk kacamata, seperti kacamata hitam biasa, tetapi bisa menjadi alat bermain gim di dunia virtual.

"Teknologi," jawab Hamid. Kotak itu ia kembalikan.

Dina kemudian bingung sendiri. Ia memegangi kepala sembari meratap, "Bisa bantu pilihin? Otakku panas."

Hamid merasai kening Dina. "Ih, iya. Panas."

"Kan!"

"Ini kamu tinggal pilih, Din. Kamu mau yang mana?"

"Malah balik nanyaaa...!" Dina melayu. "Banyak begini aku jadi bingung. Aku pikir cuma satu jenis."

"Aku pikir kamu sudah tahu kalau hubus jenisnya banyak."

"Mana aku tahu!" Dina mencubit pinggang Hamid.

Hamid sedikit melentik. "Ginjalku kena!"

Dina tak peduli. "Jadi, aku harus beli yang mana, Mid? Kasih pencerahan supaya diriku tak salah beli."

Hamid kembali mengambil kemasan hubus berbentuk kacamata. "Ini saja. Simpel, ringan, ringkas."

Seketika Dina diam. Matanya menyorot benda kubus dominan putih di tangan Hamid. Kemasannya tak begitu besar. Panjang sisi-sisinya hanya setengah lengan.

"Main game eXP rata-rata sambil berbaring. Hubus jenis kacamata bisa melindungi matamu saat bermain. Siapa tahu nanti ada yang iseng gambar-gambar di kelopak matamu. Kan, kamu nggak sadar."

"Ng..., iya, sih." Dina pikir-pikir. "Tapi, nggak, ah! Aku, kan, bukan mau piknik!"

"Bukannya kamu nyari hubus untuk main game piknik?"

"Apa hubungannya? Kan, aku cuma main game. Cuma rebahan di kamar. Masak sambil pakai kacamata? Norak, ah!"

"Norak? Padahal, ini pilihan para sultan, loh. Yang banyak duitnya biasa pilih jenis ini. Selain bisa dipakai main, juga bisa dibawa jalan-jalan." Hamid menunjuk sebuah kotak berisi tulisan. "Banyak fiturnya lagi." Antisilau dan antilaser. Dilengkapi kamera eksternal.

"Kamu pikir uang yang aku punya nolnya sebanyak itu?" Dina menunjuk price tag di rak.

Hamid tertawa. Kemasan hubus dikembalikan sangat hati-hati. Kalau ingat soal budget, ya, sudah pasti Dina tak bisa menebusnya.

"Cari yang murah, Mid, tapi bagus. Yang harganya manusiawi."

Hamid seketika itu menunjuk sebuah kemasan besar warna biru gelap. Tak jauh dari posisi Dina. Agak di sebelah kiri. "Itu saja. Lebih murah dari yang kacamata, tapi tetap melindungi wajahmu saat bermain. Bagaimana?"

Woles World Legend: AlphaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang