29 - kontak

7 0 0
                                    

"Wayan belum datang?" Dina menghampiri Hamid yang tengah berbalas chat dengan Jeand.

Hamid melirik ke laci meja di sebelah kirinya. Kosong. Ia menggeleng.

"Kalau begitu, aku numpang duduk, ya, Wayan? Iya, silakan." Dina minta izin sendiri dan menjawab sendiri. Setelah itu, ia duduk di kursi yang seharusnya menjadi tempat duduk teman sebangku Hamid.

Melihat polahnya, Hamid mengernyit. "Biasanya langsung duduk. Tumben."

"Lagi pengen." Dina terkekeh.

"Aku lagi bokek, Din." Hamid kembali fokus pada ponselnya.

Dina seketika manyun. Dijotosnya pundak Hamid. "Aku tiba-tiba baik bukan berarti minta traktir!"

"Aduh, iya!"

Dina menjeling ponsel di tangan Hamid. "Lagi ngapain? Lagi nge-chat siapa?"

"Lagi ngecet dinding," jawab Hamid sekenanya.

Dina membelalak.

"Lagi chatting sama Jeand," ralat Hamid pula.

Dina menopang dagu dengan sebelah tangan berlabuh di meja. "Karin belum masuk?"

Hamid mengangguk. "Katanya, baru masuk Senin depan."

"Berarti, udah sembuh, dong?"

"Hm...." Hamid tampak ragu-ragu. "Mungkin, belum sembuh benar."

"Jadi, besok tetap kita jenguk?"

"Ini lagi tunggu balasan."

Dina lagi-lagi mengintip layar ponsel Hamid. Bertepatan dengan itu, sebuah notifikasi muncul.

"Katanya, jadi. Besok pagi jam delapan kita dijemput Rino."

"Dengan cewek yang kemarin juga?"

Hamid tak serta-merta menjawab. Otaknya lebih dulu memutar ulang rekaman kejadian kemarin tatkala didatangi seorang siswi bertubuh tinggi. Setelahnya, barulah ia mengangguk-angguk.

"Dia udah tahu kapan kita berangkat?"

Hamid merenung. "Aduh, belum."

Dina tak lagi menopang dagu. Ia menegakkan punggung, lalu geleng-geleng. "Kamu yang ngajak, tapi tak minta kontak. Beloon memang."

"Ya, gimana. Aku kemarin panik." Ia harus menghadapi Ester yang tiba-tiba menangis dan untuk pertama kalinya telat masuk kelas. Hamid sama sekali lupa untuk menanyai nomor kontak Ester untuk dihubungi kapan-kapan.

"Minta Jeand aja yang tanya," usul Dina. "Kelas mereka, kan, dekat."

Hamid setuju. Ia mengirim pesan pada Jeand untuk meminta kontak Ester. Hanya berselang sekian detik, balasan sudah diterima. Pesan dibaca. Hamid manyun.

"Apa katanya?" Dina melirik bibir pemuda itu dan ponsel di tangannya bergantian.

"Katanya sibuk. Aku aja yang tanya. Gitu katanya."

"Ya, udah. Tanya sana!" Dina mendorong pundak Hamid. "Mumpung belum masuk!"

"Temenin! Serem sendirian!" Hamid berdiri.

"Iya, deh. Sekalian aku kenalan sama Ester." Dina menyusul.

Namun, belum juga satu langkah beranjak, keduanya kompak mematung. Ada sosok berambut oranye melewati pintu kelas. Matanya tajam menyorot Hamid. Hamid pun memasang wajah heran. Ia sendiri bingung mengapa sampai dipelototi oleh Jingga dengan sedemikian rupa.

Setelah beberapa saat, Jingga melengos. Ia buang muka dan mempercepat langkah menuju meja di belakang kelas. Hamid melirik Dina.

"Aku salah apa? Gara-gara kemarin?" Hamid akhirnya ingat. Ia salah kirim pesan yang isinya "I love you" itu.

Woles World Legend: AlphaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang