Aliya as Sari ³

93 22 0
                                    

Aliya menebalkan muka. Meski sudah pulang, dia harus bersikap tenang di hadapan bapaknya Sari.

Kini, satu keluarga berkumpul ingin mendengar penjelasan Sari yang hilang selama seminggu, entah ke mana perginya buatkan mereka semua runsing dan berencana untuk ke alam manusia.

Tapi siapa sangka Sari telah kembali sebelum mereka memecah masuk ke alam manusia. Namun kali ini bersama seorang pemuda tampan disisi.

"Siapa dia Sari?" Galang berpeluk tubuh. Belum sempat Sari mengenalkan, Hendra mencelah.

"Namaku Hendra, anak lelaki tetua di kampung seberang. Aku menemukan Sari di perkampungan manusia. Katanya dia tersesat ketika mencari herba di hutan." Jelas Hendra sedikit menokok tambah cerita melindungi Sari.

"Engkau tersesat Sari?" Ibunya, Dahlia sudah hendak nangis, namun Aliya cepat kesisinya untuk menenangkan wanita itu.

"Mustahil engkau sesat, bukankah kau lah yang paling arif dengan kampung ini Sari?" Galang syak sesuatu.

"Kadang kita juga ingin tahu. Makanya keluar dari kampung ingin tahu lebih dalam." Ucap Aliya bersirat rahsia.

Galang menggeleng kepala, dia bangkit dari duduk hendak keluar dari rumah.

"Bapak hendak ke mana?" Aliya berkerut hairan. Baru nak banggakan Hendra disisinya.

"Bapak ke rumah tok penghulu, Hendra ikut aku. Kita jelaskan situasi Sarinya selamat."

Hendra akur dan dia ikut Galang tanpa banyak soal.

Aliya mencebik. Kenapa Hendra jugak mesti kena rampas dari dia?

"Sari.." Panggil Dahlia.

"Iya mak." Lembut Aliya menyahut, dia memeluk wanita itu. Sudah lama dia ingin ibu, tidak sangka ianya menjadi kenyataan.

"Kamu sudah makan? Selama kamu tersesat kamu makan dengan benar?" Wajahnya disentuh si ibu. Aliya terasa dihargai. Meski dia hilang sekalipun, wanita itu tetap merinduinya.

"Iya mak, Sari makan dengan benar. Berkat Hendra menyelamatkan Sari, Sari cukup makan. Dia pemuda yang tahu masak." Aliya puji melambung, tersipu-sipu malu dia melihat wajah Dahlia berubah mengusik.

"Kamu jatuh hati padanya?" Tanya si ibu ingin tahu.

"Sebenarnya, Hendra kemari ingin merisik Sari." Luah Aliya mengejutkan Dahlia.

"Apa benar?"

"Iya, bagaimana mak? Dia lagi kacak dari Galang, tahu memasak, memburu dan baik orangnya. Selama Sari dengannya, Sari merasa selamat. Pengembaraan kami yang tidak panjang membuatkan Sari seperti dilindungi." Luah Aliya, dia terpesona dengan kebaikan Hendra ke atasnya.

"Iya? Makanya kamu tidak mahu melepaskan Hendra? Bagaimana dengan bapakmu?" Dahlia mengangkat kening. Sengaja buat anak daranya gelisah.

Sari tersenyum leret. Sedikit bangga.
"Hendra lelaki yang tahu menarik perhatian bapak. Dia licik."

.
.
.
.
.
.
.
.

Hendra hanya berdiam, hairan dengan tingkah Awang pandang dia atas bawah.

"Apa benar engkau menyelamatkan Sari?"

"Iya, kenapa?" Hendra mencium bau cemburu. Tapi bukankah lelaki ini sudah bertunangan?

Hendra setia menunggu Galang. Dia sudah menjelaskan situasi sebenar. Makanya dia pula disuruh tunggu di luar pula. Datang Awang ingin berkenalan dengannya.

"Apa benar engkau anak terua penghulu dari kampung seberang?"

Kali ini Hendra sekadar mengangguk.

"Apa be-"

PERENTAS WAKTU CWhere stories live. Discover now