3. Bahagia yang sebenarnya itu bagaimana?

2.4K 321 88
                                    

- JANGAN LUPA VOTE + KOMEN ! -
-
-

- HAPPY READING -

---

Jam sudah menunjukkan pukul 2 malam, sedangkan Hagan masih belum bisa menutup matanya. Ia bangkit dari tempat tidurnya, mengacak rambutnya prustasi.

"Gue jadi susah tidur terus akhir-akhir ini." monolognya.

Hagan bangkit, lalu keluar dari kamarnya. Ia berniat untuk mengambil minum dan mencari beberapa makanan di dapur untuk mengisi perutnya.

Langkahnya berhenti, ketika ia melihat lampu di kamar orang tuanya yang masih menyala. Ia diam sejenak, lalu mendekat pada pintu kamar itu.

Tok-tok

"Bunda, Ayah?"

"Masuk, Hagan. Nggak Bunda kunci." sahutan dari dalam kamar itu membuat Hagan memutar knop pintu itu.

Terlihat bahwa Bundanya masih duduk berhadapan dengan laptopnya. Sedangkan Ayahnya, ia tak melihatnya di kamar itu.

"Ayah belum pulang, Bun?" tanyanya.

Bunda hanya menjawab dengan gelengan kepala saja. "Bunda belum kelar?" tanyanya sembari mendudukkan tubuhnya di kasur kingsize milik kedua orang tuanya.

"Belum, sedikit lagi."

"Nggak bisa di tunda dulu Bun? Udah jam 2 loh?"

"Nggak bisa."

Hagan diam, ia hanya memperhatikan bundanya dari samping.

"Kamu kenapa belum tidur? Besok sekolah kan?" tanya Bunda yang matanya masih fokus pada layar laptop.

Hagan menghela nafas pelan, lalu membaringkan tubuhnya di kasur itu. "Nggak bisa tidur."

"Ada masalah?"

Tak ada jawaban dari Hagan, sampai Bunda melirik ke arahnya.

Beberapa detik setelahnya, Hagan bangkit lagi. "Menurut Bunda, bahagia yang sebenarnya itu gimana sih?"

"Ya ketika kamu senang, dan nggak mau cepat melewati rasa senang itu."

"Bunda pernah?"

Bunda diam, tak menjawab.

"Dari Hagan kecil, Hagan nggak pernah ngelihat Bunda ketawa lepas." Hagan menatap mata Bundanya lekat, meskipun wanita paruh baya itu tak melihatnya kembali.

"Kerjaan Bunda lebih penting dari bahagia Bunda ya?" tanyanya lagi.

Mendengar itu, Wina mengehentikan kegiatannya. Matanya menatap Hagan, anak yang dulu ia adopsi pada usia 5 tahun, kini sudah besar.

"Bunda seneng ngelakuin pekerjaan Bunda. Selain itu, Bunda bisa juga buat kalian seneng dengan cara menuruti semua kemauan kalian."

"Tapi Hagan sama Raja mau menghabiskan banyak waktu sama Bunda."

Bunda tak bisa menjawab lagi.

HOME ( SELESAI✓ )Where stories live. Discover now