13. Tidak sebahagia dulu

1.6K 207 74
                                    

- JANGAN LUPA VOTE+KOMEN! -
-
-
- HAPPY READING -

———

Jam sudah menunjukkan pukul 16.00, bel pulang juga sudah berbunyi. Namun Hagan masih berada di parkiran bersama teman-temannya.

"Lo beneran ngajuin pengunduran diri dari ekskul musik?" tanya Jinan pada Hagan.

Setelah kejadian semalam, Hagan berpikir bahwa ia tak akan bisa melanjutkan hobbynya. Ia harus tetap bisa memenuhi ekspektasi Ayahnya apapun yang terjadi. Pagi tadi juga, saat ia bangun tidur, rumah sudah sepi. Hanya ada dirinya dan Raja saja.

"Gue mau main ke rumah lo, boleh?" bukannya menjawab, Hagan malah bertanya pada Mandra.

"Boleh lah! Main aja." ucapnya.

"Nenek lo masak engga? Kalo iya, gue balik ini langsung ke rumah lo." ucap Jinan membuat Jendra menoyor kepalanya pelan.

"Otak lo makanan mulu!" ucapnya.

Jinan melirik sinis ke arah Jendra, "ya kalo nggak makan, bisa mati."

Mandra terkekeh, "Masak. Tadi barusan dia nyuruh gue nggak beli makan di luar." ucapnya.

"Asik! Gas ah!" ucapnya bersemangat.

"Gue balik dulu, jemput Raja. Kasian dia sendiri di rumah." ucap Hagan membuat mereka mengangguk kompak.

Ucapan Hagan menjadi akhir dari percakapan mereka. Setelahnya, mereka pergi bersama ke rumah Mandra, terkecuali Hagan.

Motor Hagan terparkir rapih di halaman rumahnya. Kakinya melangkah masuk ke dalam rumah. Langkahnya terhenti ketika melihat Raja yang tengah melakukan sesuatu dengan fokus di ruang tengah.

"Raja ngapain?" tanyanya membuat Raja terkejut karena kedatangannya yang tiba-tiba.

Raja menetralkan degup jantungnya, lalu melirik tajam kakaknya. "Bisa tidak sih Assalamualaikum dulu?!!" tanyanya kesal.

Ia terkekeh, "Iya maaf, Assalamualaikum!" ucap Hagan.

"Waalaikumsalam." jawab si kecil singkat.

Hagan mendekat, lalu duduk di sebelah adiknya. Tangan kecil itu tengah mengumpulkan segala kepingan kaca bingkai foto keluarganya, dan juga sobekan kertas foto keluarganya.

"Ngapain sih? Nanti kena belingnya!" omel Hagan.

Raja berdecak, "Raja sudah hati-hati! Tidak akan luka." tanpa suara lagi, Raja fokus menempelkan lagi foto yang sudah tak berbentuk itu.

"Raja tidak mau foto ini hancur. Foto keluarga itu melambangkan kebahagiaan. Foto ini nggak boleh hancur, nanti bahagia kita bisa hancur." ucapnya.

"Nanti beli lagi bingkainya. Terus fotonya juga nanti gue cetak lagi." ucap Hagan, membujuknya agar menjauh dari serpihan kaca itu.

"Tidak bisa! Raja tidak mau foto keluarga yang kedua."

Hagan menghela nafasnya, "Gue mau ke rumah Mandra, lo mau ikut engga?" tanya Hagan.

Raja mengangguk, namun tak menoleh sedikitpun ke arah kakaknya. "Abang mandi saja dulu. Biar Raja selesaikan ini." ucapnya.

Hagan lagi-lagi menghela nafasnya, "Yaudah. Hati-hati! Jangan sampai luka."

HOME ( SELESAI✓ )Where stories live. Discover now